Mungkin ada yang menganggap hal ini sudah basi atau ada yang masih hot untuk membicarakan hal ini, namun saya memang sudah dari lama ingin ikut nimbrung dalam kedahsyatan yang terjadi di hubungan Indonesia dengan jiran kita yakni Malaysia.
Sedikit tergelitik juga untuk mengulas tentang panasnya situasi yang terjadi diantara dua negara yang katanya serumpun ini.
Beberapa hari yang lalu saya mendengar pembicaraan di suatu radio mengenai beberapa warisan budaya Indonesia yang berlimpah ini dan betapa pentingnya bagi kita untuk mempertahankan kekayaan negeri peninggalan nenek moyang kita ini bersama-sama. Sebenarnya hal yang menarik bagi saya bukan bagaimana pentingnya bagi kita untuk menjaga harta kita yang tak bisa dinilai dengan uang ini, tetapi adalah celetukan dari penyiarnya yang menyebutkan Malaysia sebagai IndonesiB,,
waduhwaduh,, bagi yang membaca ini, jangan protes dulu,, baca dulu sampai akhir,, saya tidak akan membahas mengenai pihak yang benar atau yang salah, saya hanya ingin menyoroti dari sisi yang sedikit berbeda.
kembali pada statement mengenai IndonesiB tersebut, memang tidak terlalu pantas untuk mengatakan hal demikian, apalagi di sebuah media yang banyak pendengarnya, namun hal ini malah menandakan bahwa ada begitu banyak kemiripan bahkan kesamaan antara kedua negara yang bertetangga ini. seperti yang saya katakan diawal bahwa Indonesia dan malaysia dikenal dengan istilah negara yang serumpun, lalu kenapa banyak kepelikan yang timbul diantara negara yang serumpun ini? bukankah dengan kesamaan kita akan menemukan banyak kecocokan, dan itu awal yang umum dari sebuah persahabatan bukan?
banyak isu yang malah membakar kebaikan yang telah terjalin antara dua negara ini, kenapa kita tidak memikirkan kemungkinan tentang teori konspirasi?
bukankan itu sekarang sedang trend sekali?
bukannya saya ingin ikut-ikutan trend, tapi ada yang menarik disini, Indonesia dan Malaysia dikenal sudah dari lama sering bertikai,, dimulai dari Ganyang Malaysia yang dipopulerkan olah Bung Karno. tapi apa maksud disebalik hal tersebut?
yah, ada sebuah tujuan mulia. Indonesia yang dikala itu sedang dalam masa kritis, dimana persatuan dan kesatuan Indonesia di dalam NKRI masih dalam angan-angan indah yang hadir dalam mimpi sebuah bangsa yang telah merdeka ini, maka Bung Karno membuat sebuah musuh nyata di luar Indonesia, seperti sebuah teori dalam psikologi sosial, yaitu realistic conflict theory (nelson, 2002; baron, 2000; hogg, 1988 dalam sarwono 2006) yang menyatakan bahwa persaingan antara ingroup dan outgroup secara otomatis akan terjadi antara sub kelompok selama sumber-sumber terbatas dan tidak ada tujuan bersama.
maka yang dimaksud Bung Karno dengan menyuarakan Ganyang Malaysia tersebut adalah agar Indonesia mempunyai sumber bersama dan kesatuan Bangsa menjadi kenyataan, meski rencana ini tak pernah terwujud karena Bung Karno turun tahta beberapa tahun kemudian.
begitu panjang sejarah pertikaian Indonesia dan Malaysia, sehingga rasa traumatik tersebut selalui menghantui hubungan kedua negara ini, jadi kenapa tidak mencoba berteori yang menarik?
coba bayangkan apa yang sedang terjadi di intern Malaysia?
masyarakatnya tidak begitu tau dengan gejolak yang ada di Indonesia, betapa kebencian itu semakin ditumpuk, malah saya pernah membaca bahwa mereka mengatakan penduduk Indonesia terlalu berlebihan dalam merespon semua ini.
dan tak dapat dipungkiri, budaya dan fisik masyarakat melayu di Malaysia dan penduduk Indonesia di bagian barat sangat mirip, jika tak boleh dikatakan serupa.
apa ada masalah dengan kemiripan tersebut?
saya rasa iya,,
teori saya yang pertama adalah (teori?? bukan, ini hanya sebuah dugaan, atau hipotesis) ada pihak yang tidak senang jika hubungan baik Indonesia dan Malaysia terjalin, karena jika itu terjadi, maka melayu akan berjaya sekali di Malaysia, karena Indonesia adalah sebuah negara berpenduduk banyak bukan??
hm.. silahkan jika ada yang ingin melanjutkan,,
saya sangat ingin sekali mendapat komentar tentang hal ini.
Persatuan Indonesia dan Malaysia? bayangkan betapa kuatnya kita jadinya??
hmhmhm,,menarik,, menurut saya…
menarik??
sepertinya sih… apa lagi kalau pers d sana ga di “saring” (seperti waktu kita belum “bebas”-reformasi-). mungkin bisa menjadi topik pembicaraan yang hangat. adu argumentasi.. bahkan mungkin sampai adu jotos.
ga bijak kalau kita mengatakan hal ini di sebabkan kesalahan pemerintah mereka aja. Sikap dari putra negara nya yang terlalu cuek juga patut jadi bahan pertimbangan.
tapi yah,,,
semua paling hanya sebuah fenomena dari kehidupan bertetangga.
sedikit sebanyak (ceile,,,pake bhs mana nih..??) pasti akan terjadi pertikaian.
LikeLike
hm,,
setuju Auw,,
sebaiknya kita rukun bertetangga, tapi kenapa kita lebih suka bermusuhan yah?
bukannya saudara kita banyak di sana?
masyarakat Malaysia juga banyak di sini,,
ada konspirasi apa dibalik skenario pertikaian dua negara serumpun ini??
hidup TeoRi KonspiRasi!!
bukan kah sekarang banyak yang lagi suka memecahbelah islam?
Indonesia ‘n malay kan termasuk dua negara islam yang besar dan kalau bersatu sebenarnya bisa jadi sangat kuat tho??
Hanya ALLAH lah yang tahu,,
semoga ALLAH melindungi kita dari sekedar prasangka yang menyesatkan
LikeLike
menarik,
kalau boleh menambahkan sedikit dari sisi historisnya,
Pada tanggal 13 Mei 1969 Terjadi kerusuhan rasial di malaysia yang tercatat sebagai kerusuhan rasial paling serius nomor 3 di dunia (source : Buku Pintar Seri senior ; Iwan Gayo, Pustaka Warga Negara)
Penyebab kerusuhan
Pada 1963, Malaysia menderita akibat ketimpangan kekayaan antara golongan keturunan Tionghoa yang umumnya pedagang, yang menguasai sebagian besar ekonomi Malaysia, dengan golongan miskin, penduduk Melayu. Selain itu, orang Tionghoa juga menguasai sebagian besar kekayaan negara.
Kerusuhan rasial di Singapura pada 1964 juga merupakan salah satu penyebab keluarnya negara itu dari Malaysia (dulunya Singapura merupakan bagian dari Malaysia), dan ketegangan rasial terus berlangsung. Kebanyakan orang Melayu tidak puas dengan negara yang baru saja merdeka itu yang berkeinginan untuk menenangkan etnis Tionghoa dengan pengeluaran mereka.
Pada pemilihan umum 10 Mei 1969, koalisi Aliansi yang memerintah diketuai oleh United Malays National Organization (UMNO) menderita kekalahan besar. Partai terbesar golongan Tionghoa Democratic Action Party dan Gerakan mendapat suara dalam pemilihan, dan berhak untuk mengadakan pawai kemenangan melalui jalur yang telah ditetapkan di Kuala Lumpur. Namun, pawai yang berisik dan kasar dan menyimpang dari jalurnya dan mengarah ke distrik Melayu Kampong Bahru, mengolok penduduknya.
Meskipun Partai Gerakan mengeluarkan permintaan maaf keesokan harinya, UMNO mengumumkan pawai tandingan mulai dari kepala negeri Selangor Dato’ Harun bin Idris di Jalan Raja Muda. Dilaporkan, masyarakat yang berkumpul diberi tahu bahwa suku Melayu yang menuju ke prosesi telah diserang oleh suku Tionghoa di Setapak, beberapa mil di utara [1]. Para pemrotes yang marah dengan cepat mengadakan pembalasan dengan membunuh dua pengendara sepeda motor yang lewat, dan kerusuhan pun meledak.
Ketika kerusuhan berlangsung pengeras suara di masjid-masjid digunakan untuk mendorong para perusuh untuk melanjutkan aksi mereka.
Perusuh mulai beraksi di ibukota Kuala Lumpur dan wilayah sekitar negeri Selangor, dengan pengecualian gangguan kecil di Melaka tempat lain di negara tersebut tetap tentram. Keadaan darurat nasional dan jam malam diumumkan pada 16 Mei tetapi jam malam dikurangi di beberapa bagian di negara tersebut pada 18 Mei dan dihilangkan dalam waktu seminggu di pusat Kuala Lumpur.
Menurut data polisi, 184 orang meninggal dan 356 terluka, 753 kasus pembakaran dicatat dan 211 kendaraan hancur atau rusak berat. Sumber lain menyebutkan jumlah yang meninggal sekitar 196 orang atau bahkan lebih dari 200 orang. Beberapa memperkirakan jumlah kematian bahkan mencapai 700 orang sebagai akibat dari kerusuhan.
(soucrce : http://id.wikipedia.org/wiki/Insiden_13_Mei)
Akibat dari kerusuhan tersebut pemerintahan yang berkuasa setelah Tuanku Abdul Rahman yaitu Dr. Mahathir M. dan Anwar Ibrahim meminta bantuan kepada Presdien RI HM.Soeharto agar didatangkan orang-orang Indonesia ke Malaysia untuk tujuan :
1. Politik
Agar Jumlah Warga Melayu dapat mengimbangi jumlah Warga Tionghoa, karena dikatakan Indonesia satu rumpun dengan bangsa malaysia (Source : Hipotesis yang dikuatkan oleh pengakuan saksi sejarah pada acara Kick Andy ; Metro TV)
2. Pendidikan
Agar Malaysia bisa mendapatkan transfer ilmu pengetahuan dari Indonesia, dengan cara mendatangkan guru-guru bantu yang jumlahnya lebih dari 500 orang (hanya dari Sumatera Utara saja) (Source : Kick Andy ; Metro TV)
3. Tenaga Kerja
Agar Malaysia bisa mulai membangun negerinya dengan mendatangkan tenaga-tenaga ahli baik insinyur-insinyur dari Indonesia maupun pekerja kasar seperti buruh kelapa sawit dan pabrik timah.
Seiring dengan bertambahnya waktu, Malaysia akhirnya mulai menuju kearah negara yang lebih stabil, hal tersebut dibuktikan dengan berhasilnya Malaysia lolos dari krisis ekonomi yang melanda Asia Tenggara pada tahun 1998. Kestabilan ekonomi tersebut membawa dampak yang baik dan buruk bagi kelangsungan pembangunan Malaysia.
Dampak baiknya adalah Malaysia sekarang sedang tumbuh dari negara berkemabang menjadi negara maju dengan tolak ukur income per capita tahun 2002 sebesar $ 10.700 dan GNP sebesar $ 279.1 Bilyun. Dibandingkan dengan Indonesia income per capita untuk tahun 2002 sebesar $2.800 dan GNP sebesar $ 610 Bilyun (Source : Buku Pintar Seri senior ; Iwan Gayo, Pustaka Warga Negara). Fenomena ini agak menyimpang dari teori ekonomi makro, yaitu GNP Indonesia untuk tahun 2002 lebih besar dibandingkan Malaysia, yang kita tahu sesuai teori bahwa GNP bisa diforecast terhadap I/C (Income per Capita) dengan mengasumsikan linear trend. Idealnya jika GNP Indonesia lebih besar dibandingkan Malaysia maka I/C Indonesia juga seharusnya lebih besar dibandingkan Malaysia, walaupun kita tahu banyak faktor-faktor lain yang harus diperhitungkan seperti populasi, geografis, dan sosial politik.
Hipotesis lagi, Korupsilah yang menyebabkan fenomena tersebut bisa terjadi. GNP Indonesia tinggi (relatif terhadap Malaysia) tetapi I/C tidak menunjukkan trend yang signifikan (naik).
Akibat situasi ekonomi di Indonesia selepas krisis eknomi sampai sekarang ini, maka banyak warga negara Indonesia yang berkeinginan untuk mencari lapangan pekerjaan ke luar negara.
Negara Asing yang cukup dikenal oleh para TKI adalah Malaysia, Arab Saudi, Korea, dan Hongkong.
Berdasarkan statistik diperoleh bahwa negara asing yang menjadi tujuan utama para TKI adalah berturut-turut : Malaysia, Arab Saudi, Kore, Hongkong.(source http://nakertrans.go.id/)
Oleh karena arus kedatangan TKI baik yang legal dan Ilegal ke Malaysia semakin naik dengan bertambahnya tahun maka hal ini mendapatkan perhatian serius dari pemerintah Malaysia. Hal ini karena negara Malaysia yang dapat dikatakan cukup stabil secara ekonomi (dengan tolak ukur I/C dan GNP) bisa menjadi “goyah” akibat arus pertambahan penduduk di negaranya. Arus kedatangan TK tidak hanya dari Indonesia saja tetapi beberapa negara tetangga dari Vietnam, Thailand, dan Laos bahkan India dan China juga ikut memberikan pertambahan angka yang cukup signifikan dalam hal pertambahan populasi di Malaysia secara keseluruhan.
Sesuai dengan teori entropi (source : Moran,J. Saphiro : Thermal System Engineering, Jhon Wiley) Jika suatu sistem (dalam hal ini negara Malaysia) mendapat tambahan energi (dalam hal ini arus Tenaga Kerja) maka posibility entropi dari sistem tersebut akan naik sangat besar (dalam hal ini entropi adalah Ketidakstabilan Ekonomi).
Sehingga pemerintah Malaysia mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga kestabilan ekonomi negara mereka dengan cara membatasi dengan ketat arus kedatangan Tenaga Kerja dari luar negara (tidak hanya Indonesia). Mendata ulang pendatang luar yang telah tinggal di negara mereka, membentuk suatu pasukan khusus yang kemudian kita kenal dengan nama pasukan RELA untuk penertiban dan pendataan pendatang luar.
Yang kemudian dalam prakteknya timbul hal-hal yang memicu kontroversi seperti pemeriksaan paksa dan tiba-tiba terhadap pendatang luar (sekali lagi tidak hanya pendatang dari Indonesia), perlakuan yang tidak pantas (relatif terhadap budaya masing-masing negara) terhadap pendatang luar yang legal maupun ilegal.
Sehingga hal-hal yang memicu kontroversi seperti itulah yang kita ributkan dengan Malaysia sampai sekarang ini. (saya tidak membahas masalah batas negara dan klaim budaya, karena besok saya mau ujian aeroelastisitas hehe..)
Akhirnya dapat kita ambil kesimpulan bahwa adalah benar (relatif terhadap undang-undang di negara tersebut) jika suatu negara ingin menjaga kestabilan negaranya, sebab hal yang dijaga oleh negara tersebut adalah kelangsungan hidup dari penduduk mereka sendiri. Dan jika kita pun sebagai bangsa Indonesai kelak menjadi bangsa yang maju dan menjadi tujuan utama negara-negara asing untuk mencari lapangan pekerjaan, maka pemerintah kita mungkin akan melakukan hal yang sama demi menjaga kestabilan ekonomi negara kita.
Jadi hal yang paling baik yang dapat kita lakukan sebagai bangsa Indonesia adalah kemanapun kita pergi (baik ke Malaysia atau ke negara asing lainnya) kita haruslah sadar bahwa kita akan tunduk dengan peraturan di negara tersebut, karena hal tersebut mencerminkan apakah kita tunduk terhadap peraturan di negara kita sendiri.
Akhir kata mari kita taati peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah kita sendiri (terlepas dari pemerintah tersebut korupsi) agar kedepannya kita dapat hidup sebagai warga negara yang lebih beradab dan berbudaya, dan yang lebih penting bahwa budaya itu tidak hanya tari-tarian dan nyanyi-nyanyian tradisional yang kita ributkan dengan Malaysia saja. Secara luas budaya tertiblah yang akan menjadikan kita sebagai negara yang terpandang dan dihargai oleh negara-negara lain.
Semoga Allah memberikan keteguhan hati kepada masing-masing kita untuk bisa bertahan mewujudkan masyarakat yang tertib, beradab dan berbudaya hingga akhirnya nanti negara kita bisa lebih dihargai dan terpandang di mata dunia.
LikeLike
wOw,,
Jazakallah Peace,,
hm,,
sebuah wacana yang menarik yang tampaknya belum banyak orang yang mengetahui hal ini,,
yah,,
Indonesia dan Malaysia seharusnya tetap saling belajaR dari satu sama lain,,
bukannya saling menghujat,,
semuanya punya kapasitas masing-masing tho??
LikeLike
Asal-usul Melayu Semenanjung Malaysia
Orang Melayu di Semenanjung Malaysia terbahagi kepada 2 kumpulan iaitu Melayu Anak Dagang dan Melayu Semenanjung.
Istilah ‘Melayu Anak Dagang’ merujuk kepada suku-suku pribumi Nusantara yang bukan penduduk asal Semenanjung. Mereka berasal dari Kepulauan Indonesia, Champa, Filipina dan Brunei.
Melayu Anak Dagang merangkumi:-
* Suku Aceh
* Suku Banjar
* Suku Batak-Mandailing
* Suku Boyan (Bawean)
* Suku Bugis
* Suku Cham
* Suku Jawa
* Suku Kerinci
* Suku Minangkabau
* Suku Rawa
* Suku Yunnan
* Suku Jambi
* Suku Riau
‘Melayu Anak Dagang’ tidak dianggap sebagai pendatang di Semenanjung kerana penduduk Nusantara menganggap bahawa Kepulauan Melayu adalah hak milik bersama. Itu adalah sebab utama mengapa kerajaan Malaysia memberi mereka status Bumiputra.
Istilah ‘Melayu Semenanjung’ pula merujuk kepada suku-suku pribumi Nusantara yang merupakan penduduk asal Semenanjung. Melayu Semenanjung merangkumi:-
Suku Kedah Tua
– suku pribumi Semenanjung yang mendirikan Kerajaan Kedah Tua pada awal abad ke-4 Masihi.
– merujuk kepada orang Melayu di Kedah, Pulau Pinang, Perlis, utara Perak dan selatan Thai (Satun, Trang, Phuket dll)
Suku Perak
– suku pribumi Semenanjung yang mendirikan Kerajaan Gangga Negara pada awal abad ke-2 Masihi.
– merujuk kepada orang Melayu di Perak (bahagian tengah dan selatan)
Suku Kelantan dan suku Patani
– dua suku pribumi Semenanjung yang mendirikan Kerajaan Langkasuka pada abad pertama atau ke-2 Masihi.
– merujuk kepada orang Melayu di Kelantan, Patani dan wilayah-wilayah lain di selatan Thailand.
Suku Terengganu
– suku pribumi Semenanjung yang asalnya dari keturunan penduduk Kerajaan Langkasuka yang berhijrah ke Terengganu (Terengganu adalah sebahagian jajahan Langkasuka)
– merujuk kepada orang Melayu di Terengganu.
Suku Pahang
– suku pribumi Semenanjung yang mendirikan Kota Muang Pahang – salah satu kota Naksat (Naksat city) di bawah pemerintahan Langkasuka
– Kota Muang Pahang masih tidak ditemui sehingga sekarang.
– merujuk kepada orang Melayu di Pahang.
Suku Johor
– suku pribumi Semenanjung yang mendirikan Kota Gelanggi atau Perbendaharaan Permata pada 650 tahun Masihi.
– Kota Gelanggi adalah dipercayai ibu kota pertama empayar Srivijaya sebelum berpindah ke Palembang, namun kota tersebut masih tidak ditemui.
– merujuk kepada orang Melayu Jati di Johor.
Orang Melayu, kebudayaan Melayu dan Bahasa Melayu (termasuk Bahasa Indonesia) berasal dari Semenanjung. Srivijaya juga bermula di Semenanjung dan bukannya Sumatera.
Jika benar orang Melayu berasal dari Kerajaan Melayu di Sumatera, maka siapa yang mendirikan Kerajaan Langkasuka, Gangga Negara, Kedah Tua, Kota Gelanggi, Kota Muang Pahang, Chih-Tu dan Ligor? Semua kerajaan-kerajaan tersebut wujud jauh lebih awal dari Kerajaan Melayu.
Penduduk Indonesia berhijrah dari Dataran Yunnan ke Kepulauan Indonesia melalui Semenanjung Malaysia. Menurut teori penghijrahan manusia purba, manusia berhijrah dari daratan ke pulau, bukan sebaliknya.
LikeLike
interupsi point of klarifikasi!
MELAYU ITU BANGSA, ISLAM ITU AGAMA
Oleh: DR. SIDEK BABA
Remaja Melayu harus dapat membezakan tentang Melayu itu adalah suatu bangsa dan Islam itu adalah suatu agama. Seperti juga suatu ketika dulu Melayu adalah suatu bangsa dan Buddha dan Hindu adalah agamanya. Proses dakwah dan sejarah telah menjadikan bangsa Melayu beragama Islam.
Allah menyebutkan di dalam al-Quran bahawa bangsa-bangsa itu adalah diciptakan. Mesti ada sebab atau hikmah mengapa bangsa-bangsa itu diciptakan. Paling tidak di dalam al-Quran menyebutkan supaya berlaku proses litaarrafu atau berkenalan dalam erti kata yang luas.
Berkenalan boleh membawa kepada perkongsian hal-hal yang memberi manfaat. Ia juga boleh membawa kerjasama dan toleransi. Selain itu, juga boleh memberikan jalan terhadap perkongsian nilai-nilai bersama yang memberi faedah bersama.
Kewujudan suatu bangsa adalah suatu takdir. Apa yang menjadi asas bangunnya sesuatu bangsa berkait rapat dengan agama. Melayu sebagai suatu bangsa apabila ditindikkan dengan Islam, ia membawa konotasi atau maksud ummah. Islam membentuk pandangan alam atau tasawwur orang-orang Melayu.
Islam membentuk jalur berfikir dan bertindak orang-orang Melayu. Sekiranya bangsa Melayu menjadikan Islam sebagai cara hidup, ia bermakna Islam mendasari kehidupan orang Melayu.
Sebaliknya, sekiranya orang-orang Melayu menjadikan Islam tidak lebih sebagai pengenalan atau identifikasi agama, maka tidak banyak jalur hidupnya dipengaruhi oleh agama ini. Bangsa ini bakal terdedah untuk menganut apa saja fahaman baik Barat dan Timur dan tidak menjadikan Islam sebagai dasar hidupnya.
Ia tidak bermakna bahawa menjadi Islam, aspek-aspek budaya yang positif yang ada pada bangsa Melayu harus ditolak. Islam memberikan asas prinsip dan budaya Melayu melakukan adaptasi kepada prinsip tersebut. Contohnya Islam memberi asas kepada prinsip berpakaian dan menutup aurat. Dengan menggunakan baju Melayu atau baju kurung yang bertudung, prinsip itu dapat dipatuhi walaupun berasaskan budaya Melayu.
Gotong-royong adalah amalan orang Melayu turun-temurun. Amalan ini selari dengan prinsip jemaah yang dianjurkan oleh Islam. Apabila semangat gotong-royong berkembang dalam orang Melayu, ia menggalakkan prinsip kerjasama dan muafakat. Ia selari dengan prinsip jemaah yang dianjurkan oleh Islam.
Apabila Islam menjadi anutan bangsa Melayu, konsep ummah menjadi dasar kepada budaya hidup orang- orang Melayu. Faktor akidah yang menjadi faktor penyatuan bangsa Melayu dan bangsa-bangsa lain yang beragama Islam menjadikan konsep ummah sebagai ikatan yang menghubungkan manusia sesama manusia.
Kelainan dan perbezaan yang ada dari segi taraf dan status bukanlah isu. Ini kerana Islam memberikan prinsip asas bahawa yang terbaik dalam kalangan bangsa-bangsa atau individu ialah umat yang bertakwa. Prinsip takwa tidak saja menghubungkan manusia atau bangsa-bangsa dengan Penciptanya tetapi menghubungkan manusia sesama manusia dalam erti kata yang luas.
Bagi menjadikan bangsa Melayu sebahagian dari ummah yang kuat, penguasaan ilmu pengetahuan menjadi syarat penting. Dalam masa yang sama bangsa Melayu harus menjadi bangsa contoh dalam memberikan khidmat dan amanah, keadilan dalam layanan, akhlak yang terpuji supaya kualiti bangsa itu tegak atas prinsip-prinsip murni yang dianjurkan oleh Islam.
Kalau bangsa Melayu tidak menjadikan Islam sebagai dasar hidup, orang-orang Melayu akan cenderung bersifat perkauman. Pertimbangan dalam tindakan lebih banyak tertumpu kepada pertimbangan bangsa atau kaum tidak pertimbangan agama. Sekiranya perkara seperti ini terjadi kejelasan orang-orang Melayu dengan imej Islamnya akan tercalar.
Remaja Melayu dalam memahami makna bangsa dan agama harus jelas. Memang benar Melayu ialah suatu bangsa. Suatu bangsa itu memerlukan pedoman, sistem nilai, asas tamadun, tradisi dan budaya supaya bangsa itu menjadi hebat dan alamiah atau global sifatnya. Islam adalah agama tamadun dan pernah memimpin pemikiran manusia lebih 700 tahun.
Menghubungkan faktor Melayu dengan faktor Islam menjadikan bangsa Melayu sebahagian dari ummah dalam erti kata yang luas.
Remaja Melayu harus mampu mengisi proses pembinaan diri dengan menjadikan Islam sebagai asas dan prinsip. Dalam bidang ilmu pengetahuan, Islam menganjurkan orang lelaki dan perempuan wajib menuntut ilmu. Pendidikan dalam tradisi Islam adalah pendidikan sepanjang hayat.
Ilmu-ilmu yang dipelajari tidak saja dari tradisi dan tamadun Islam sendiri tetapi diharuskan untuk mempelajari sumber-sumber ilmu dari tamadun lain selagi ia memberi manfaat.
Remaja Melayu harus memiliki sistem nilai yang tinggi supaya asas membezakan baik dan buruk akan sesuatu diambil dari pertimbangan Islam. Kalaulah pertimbangan bangsa dan individu yang dijadikan sandaran ia mungkin cenderung menyuburkan faham individu, perkauman atau nafsu-nafsi.
Remaja Melayu dalam menghadapi kerenah zaman harus memahami terlebih dahulu kekuatan yang pernah ada dalam tamadun Melayu yang berasaskan Islam atau tamadun umat yang berkembang di bawah keunggulan peribadi dan ilmu Islam. Menguasai aspek-aspek ini boleh menyumbang ke arah memperkasakan remaja dengan faktor-faktor berbanding yang tinggi dan boleh memandu remaja ke arah membuat pilihan yang betul dan tepat dalam proses untuk maju dan membangun.
Justeru itu cabaran utama bangsa Melayu kini ialah cabaran kepimpinan dan kepengikutan, cabaran keilmuan dan penguasaan teknologi, cabaran ekonomi dan juga pengurusan, cabaran strategik dan mengurus krisis dan cabaran menjadi bangsa penyumbang yang bermakna.
Ia mengundang remaja Melayu supaya memiliki fokus dalam hidup. Ramai remaja Melayu kini sudah hilang fokus dalam menempuh jalur kehidupan. Kemakmuran kebendaan yang ada disalahgunakan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang merosakkan. Hilangnya fokus ini menyebabkan sebahagian remaja Melayu tidak menjadi aset kepada negara tetapi menjadi beban jangka panjang yang merumitkan.
Di samping fokus, remaja Melayu harus memiliki usaha yang berterusan. Banyak elemen malas, membuang masa, berlagak, melanggar peraturan dan undang-undang, gaya hidup bermewah-mewah, menjadi ‘pak turut’ terhadap sesuatu yang negatif, suka bercinta secara nafsu nafsi.
Malah ramai yang sudah hilang pertimbangan agama dengan menjadi murtad. Tidak tahu dosa pahala dalam amalan dan perlakuan. Akibatnya isu remaja Melayu sering menjadi polemik semasa dan perkembangan yang ada semakin membimbangkan.
Akar kepada masalah ini ialah remaja Melayu mengalami ketirisan akidah dan iman. Darinya timbul masalah akhlak yang semakin subur. Jalan keluarnya perlu diperkasakan mereka dengan fahaman agama yang berasaskan ilmu dan tamadun.
Pendidikan dalam keluarga , institusi pengajian dan pendidikan, masyarakat harus dibentuk ke arah saling menyumbang bagi memperkasa remaja Melayu dengan kekuatan agama dan pemahaman terhadap kepentingan adab dan peradaban.
– PROF. DR. SIDEK BABA ialah pensyarah di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM).
LikeLike
Cerita Melayu
Filem Siam mengenai Empayar Pattani-Langkasuka
Dipetik dari laman blog lain:
Queenoflangkasukaposterri3
Di saat2 industri filem malaysia tgh hanyut & tak muak2 dgn film2 sampah.. lawak… cinta yg tak berkesudahan… Industri filem thai bangkit lagi dgn sebuah produksi epik sejarah melayu-patani yg aku kira patut dibikin oleh produksi tempatan. Filem tersebut merupakan sebuah advencer dan legenda Permaisuri atau Ratu Langkasuka, sebuah kerajaan Melayu-Pattani di utara tanah air Malaysia. Era keemasan Pattani muncul setelah kejatuhan Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511. Empat ratu telah memerintah Pattani: Ratu Hijau (1584-1616), Ratu Biru (1616-1624), Ratu Ungu (1624-35) and Ratu Kuning(1635-86). Sekitar 1688-90, pemerintahan Pattani diambilalih oleh kerabat diraja , scenario ini bertukar sekitar tahun 1730 kerabat Pattani datang memerintah Kelantan. (aku sendiri berketurunan Ratu Kuning). Aku agak kesal bila filem sebegini tidak dihasilkan oleh produksi tempatan. Selepas filem Puteri gunung Ledang, seperti tiada lagi initiatif untuk mengambil elemen2 budaya & sejarah melayu yg masih bertimbun untuk di tonjolkan di layar perak. Aku dah malas & cukup muak utk ceritakan tentang senario industri film tempatan sekarang ini.. semuanya sudah sedia maklum… Bila senario ini akan berubah? Bila pembikin filem merajinkan diri membuat kajian mendalam sebelum menulis/menghasilkan sesebuah filem? Bila produser berhenti menanyakan “boleh jual ke filem ni?” dan mula bertanya”ada kualiti ke filem ni?” Atau memang tak akan berubah sampai bila2 sehingga habis semua khazanah sejarah, seni & budaya tempatan dikorek/dikikis/dijilat & didagangkan oleh produksi luar… Yang sedih gak tu, bila kita lihat character design diorang, (siap showcase drawing lagi tu!) kita dapati banyak elemen2 sejagat yang kita pun ada seperti dokoh, pending, sanggul.. agak sedih sebab kita terkena tempias. Pensyarah aku penah berkata punca utama rancangan2 realiti dan filem2 seperti yang byk membanjiri market selera tempatan adalah disebabkan sifat majoriti bumiputra yang memang cenderung ke arah sorak sore. Sejarah membuktikan dari asal usul kita memang gemarkan pesta berpesta. Itulah sebabnya hanya segelintir sahaja yang ghairah tentang ilmu dan benda2 serius berkait dgn budaya. Lihatlah buku2 ilmiah tentang apresiasi estetik tradisi dan paling senang pasal persembahan wayang kulit. Semuanya nama-nama orang asing yang mempelopori sampai menjadi pakar ttg budaya kita. Walhal orang kita sendiri tak tahu langsung apa yang kita ada. Agak malu juga sebab “Lanka” ni kita pun kongsi sejarah sejak perkembangan evangelist epik Ramayana dahulu. (Sri Lanka, Langkasuka, Langkapuri, Langkawi.. panjang ceritanya) Tengoklah set design diorang. Bersungguh.. Rasanya situasi ini takkan berubah selagi kita leka disorong bantal 2 khayal..
Pic04
Pic05
http://www.cinemasia.co.th/en/press/lung-gasuka.html#
LikeLike
hidup gurindam, hehehehe
LikeLike
Ah, semoga bukan irredentisme belaka. Ketika persaudaraan dan ikatan Nusantara terkotak-kotakkan oleh kekuasaan Eropa. Semoga saja tidak berakhir seperti dua negara berbahasa sama yang satu membuang ikatan dengan yang lain (Austria yang melepas Jerman setelah PD II).
Hmmm, bagaimana kita bisa lupa? Keris, hampir seluruh suku di alam Melayu menggunakannya. Tulisan Jawi, itulah tulisan internsional kita dulu.
Ah, jika saja dulu BPUPKI tidak elitis Jawa-Sumatra, maka jadilah Indonesia adalah seluruh Nusantara. Ah, diam-diam diri ini rindu mengenal Pattani, mengenal Bangsa Moro, juga negeri lainnya.
Btw, maksud Bung Karno dengan Ganyang Malaysia tidak begitu deh….
LikeLike
yah ad,,
dulunya kami diajarkan gitu,,
hehehe
apa ta yang ngambil kesimpulan sendiri yh??
😆
LikeLike