Memory of you

Beberapa hari yang lalu, sepupu saya cerita bahwa beliau mimpi seram dengan saya sebagai tokohnya, kemudian Ibu juga cerita kalau saya melakukan sesuatu di mimpinya yang membuat beliau merasa takut itu menjadi kenyataan. Saya memilih untuk tidak menanyakan detil kejadian yang terjadi dalam mimpi sepupu saya karena saya akui saya takut itu malah membayang-bayangi saya dan saya meyakinkan ibu bahwa mimpi itu hanya bunga tidur saja. Saya mengatakan demikian sebenarnya juga untuk meyakinkan diri sendiri, bahwa mimpi-mimpi itu tidak lebih dari manifestasi ketakutan sang pemimpi, bukan merupakan tanda-tanda kejadian kepada sang tokoh dalam mimpi.

Kemudian tadi pagi, saya terbangun dari mimpi yang menurut saya janggal, janggal karena saya tidak begitu sering bermimpi dan jika saya bermimpi, maka biasanya saya hanya ingat garis besar mimpi itu saja, namun mimpi tadi malam masih bisa saya ingat dengan jelas detil kejadiannya hingga saat ini, dan saya akui, ketika saya bangun tadi pagi, perasaan saya berkecamuk tak menentu karena kejadian dalam mimpi saya tersebut dan tokoh utamanya yang sudah lama tidak muncul dalam pikiran saya.

Sebagai seorang penggemar Jung walau belum bisa disebut sebagai jungian, saya langsung mengingat lagi apa yang dikatakan Jung mengenai mimpi. Mimpi menurut Jung berbeda dengan mimpi menurut Freud bahwa mimpi adalah manifestasi langsung dari alam bawah sadar kita yang biasanya identik dengan hal-hal yang kita hindari dan kita paksa masuk ke alam bawah sadar agar tidak mengganggu kesadaran kita. Mimpi menurut Jung lebih bermakna simbolik dimana merupakan jendela untuk mengintip alam bawah sadar kita, bukan murni adalah apa yang menjadi ketakutan kita. Lebih lanjut Jung mengatakan bahwa mimpi memiliki simbol-simbol yang merepresentasikan diri kita dan kejadian disekitar kita, dan cara kita memahami mimpi sangat bergantung pada pemahaman kita terhadap simbol-simbol yang kita temukan dalam mimpi itu, sehingga tidak ada pemahaman yang salah dalam “coping” dengan mimpi.

Kejadian dalam mimpi saya membuat saya teringat beberapa hal yang saya mulai lupakan beberapa waktu belakangan ini, mungkin ini adalah perpanjangan tangan dari alam bawah sadar saya yang ingin mengingatkan saya mengenai hal yang luput dari hidup saya agar saya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Seperti menurut Jung, mimpi dapat menjadi jendela untuk membantu kita memahami apa yang terjadi kini dan membuat kita menyadari kesalahan kita selama ini dan menjadi solusi agar kita teringat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Belakangan ini, saya mengalami banyak kekecewaan, merasa bahwa orang-orang yang saya sayangi, yang saya anggap sahabat saya sepertinya hanya mengingat saya ketika dia butuh dan tidak dengan tulus menyayangi saya. Saya mengalami masa kekecewaan yang dalam dan membuat saya benar-benar takut untuk menaruh harapan lagi dan lebih banyak meluangkan waktu untuk diri saya. Lalu terjadilah mimpi tadi malam, dimana tokohnya adalah seseorang dari masa lalu saya yang setelah saya renungkan, sebenarnya seseorang yang sangat berarti bagi saya, tetapi saya terlalu takut untuk mengakuinya dan terlalu takut membiarkan ia terlalu dalam masuk ke dalam kehidupan saya karena takut dia menemukan “saya” yang tidak sesuai dengan gambarannya.

Perenungan dan pemutaran kejadian-kejadian yang lalu membuat saya terhenyak bahwa saya benar-benar menjadi orang yang jahat padanya, walaupun mungkin dia tidak merasa demikian, namun saya rasa saya benar-benar sudah sangat jahat. Sepertinya apa yang saya lakukan kepadanya adalah apa yang saya terima dari sahabat saya yang menurut saya sudah mengecewakan saya.

Dia dulu sepertinya selalu ada ketika saya memerlukannya, bahkan walaupun saya hanya memerlukannya untuk jadi bahan hinaan saya, atau hanya untuk bertukar cerita absurd, tapi dia selalu ada. Lalu apa yang saya lakukan kepadanya? saya tidak berusaha mendekatkan diri, saya tidak berusaha bertanya mengenai apa yang terjadi dalam kehidupannya, apa yang menjadi impiannya, apa yang menjadi ketakutannya, saya hanya mengingat dia ketika saya membutuhkannya. Kini saya sadari memang saya sudah menjadi orang yang sangat kejam, saya mungkin memang pantas diperlakukan seperti sekarang oleh orang lain.

Entah bagaimana saya bisa menjelaskan bahwa seseorang dari masa lampau ini sangat berarti bagi saya, walaupun mungkin dia tidak menyadarinya karena bahkan saya baru menyadarinya hari ini. Saya baru menyadari bahwa ketakutan sayalah yang membuat saya tidak memberikan ruang bagi dia dalam diri saya, ketakutan saya akan “saya”lah yang menyingkirkan dia hingga undangan dia untuk hadir pada hari istimewanya juga tidak bisa saya penuhi, padahal dia sudah mengundang saya dengan khusus. Entahlah, kini saya hanya dipenuhi penyesalan dan kelegaan.

Saya menyesal tidak pernah memberikan dia perhatian yang layak, padahal dia salah satu sahabat terbaik saya yang mengerti saya dan tidak pernah mengecewakan saya tetapi saya juga lega karena kini dia sudah merajut kebahagiaan hidupnya, very happy indeed and even I know it hurts but I’m happy for you.. šŸ™‚ I’m really happy for you. Please send my regard to your special one, maaf belum sempat berkenalan dengannya.. Please accept my sincere apology for all the harm i’ve done to you and for not coming to your special day. I know you deserve this happiness..

am I seem desperate enough?

-darkjasm-

 

Membicarakan Kepribadian Sehat

Dua minggu ini, pembahasan di kelas Pengantar Psikologi saya bersama para mahasiswa yang ganteng dan cantik, adalah mengenai Kepribadian yang sehat. Mereka bukanlah mahasiswa dengan kekhususan Psikologi, mata kuliah ini hanya sebagai penunjang karier mereka nanti, jadi saya lebih senang memberikan materi yang aplikatif bagi mereka, bisa mereka laksanakan dalam kehidupan mereka sehari-hari dan dalam tugas mereka nanti, walaupun tujuan saya sebenarnya sangat sederhana, semoga dengan belajar psikologi mereka jadi lebih mengenal diri mereka sehingga mereka bisa menggali potensi mereka dan berhasil di dunia abu-abu mereka nanti.

Kepribadian yang sehat menurut saya adalah kepribadian yang bisa beradaptasi dengan kebutuhan dirinya, tuntunan masyarakat dan keadaan lingkungannya. Adaptasi disini bukan lah secara harfiah seperti adaptasi dalam biologi, meskipun dalam proses ini kita tetap harus melakukan adaptasi secara biologis. Adaptasi yang harus dijalani oleh individu dalam kehidupan sehari-harinya sangatlah kompleks, entah itu adaptasi emosi, adaptasi tingkah laku, adaptasi pola pikir ataupun adaptasi psikis lainnya, dan kehidupan itu adalah pola-pola adaptasi yang menuntut kita untuk terus berubah agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan.

Ada banyak ahli yang mengajukan teori mengenai kepribadian, bagaimana kita memahami kepribadian seseorang, bagaimana kepribadian itu berkembang, apa struktur dari kepribadian itu dan apa ciri-ciri kepribadian yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Kali ini saya memfokuskan kelas untuk membahas kepribadian yang sehat berdasarkan ahli-ahli dalam buku Psikologi Pertumbuhan Diane Schultz dengan tujuan agar para mahasiswa ini beli buku dan membaca buku tersebut karena saya mendapat bisik-bisik kalo mahasiswa di sini sangat jarang membeli buku apalagi membaca buku dan ternyata setelah saya mengumumkan tugas ini, mereka bahkan terbukti sebagian besar sangat jarang ke toko buku… #miris

Dalam buku Schultze ini, beliau mengulas mengenai beberapa model kepribadian yang sehat menurut beberapa ahli, yaitu Orang yang matang menurut Allport, Orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers, Orang yang produktif menurut Fromm, Orang yang mengaktualisasikan diri menurut Maslow, Orang yang terindividuasi menurut Jung, Orang yang mengatasi diri menurut Frankl, dan Orang yang di sini dan Kini menurut Perls. Saya membagi kelas menjadi 7 kelompok agar masing-masing kelompok mempresentasikan satu teori. Presentasi menjadi sangat menarik karena adanya benturan antara masing-masing teori tersebut sehingga kelas jadi lebih hidup dan tugas saya jadi lebih ringan karena akhirnya mereka bisa menemukan sendiri pemahaman atau “insight” yang benar dari pertentangan-pertentangan yang awalnya mereka buat sendiri. šŸ˜€

Berikut akan saya paparkan penjelasan Schultze mengenai teori-teori tersebut :

Orang yang matang menurut Allport adalah orang yang memiliki intensi-intensi kepada masa depan, fokus pada kesadaran, tidak tenggelam pada masa lalu, berorientasi pada masa kini dan masa depan, cenderung meningkatkan tegangan diri untuk terus mencapai yang lebih, memiliki persepsi yang obyektif dan sadar jika ada tanggung jawab kepada orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri.

Orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers Ā adalah orang yang memiliki dorongan untuk terus mengaktualisasikan dirinya sehingga akan terus meningkatkan tegangan dalam dirinya sebagai respon agar terus mengembangkan diri, fokus pada kesadaran, tidak tenggelam dalam kejadian masa lalu atau obsesi masa depan namun sangat berorientasi pada “saat ini” dan memiliki persepsi yang subyektif, namun Roger tidak menjelaskan mengenai tanggung jawab kepada orang lain. Dalam teori Rogers juga ada yang disebut denganĀ unconditional positive regards dan client-centered therapy. Unconditional Positive Regards menjadi syarat utama kepribadian yang sehat menurut Rogers, dimana hal ini memberikan seseorang perasaan bahwa ia adalah orang yang berharga dalam semua hal dan juga bisa menghargai orang lain. Konsep Client-centered therapy milik Rogers memberikan fokus kepada “Klien” untuk perlahan mengubah kepribadian mereka, bahwa mereka lah yang bisa membantu dirinya, sehingga tidak ada ketergantungan pada therapistnya.

Orang yang produktif menurut Fromm adalah orang yang menjadikan produktivitas sebagai pendorong diri utamanya dan juga fokus kepada kesadaran meskipun juga menekankan pada pengalaman masa lalu yang berpengaruh pada hal-hal masa kininya. Orang yang produktif ini memahami tanggung jawabnya kepada orang lain dan memiliki persepsi yang obyektif. Teori ini tidak menjelaskan apakah peningkatan atau penurunan tegangan yang menjadi dorongan utama seseorang mengambil sikap tertentu.

Orang yang mengaktualisasikan dirinya menurut Maslow adalah orang yang sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dan menengahnya sehingga ia bisa mulai mengambil tingkah laku yang menggambarkan bahwa ia menuju tahap pengaktualisasian dirinya. Teori ini sangat terkenal, terutama dengan Hierarki kebutuhan milik Maslow sehingga ketika sampai pada diskusi mengenai kepribadian yang sehat menurut Maslow, ada sedikit perdebatan yang muncul karena konsep “aktualisasi diri” yang sangat terkenal dan terkadang penggunaannya pun salah. Orang teraktualisasi menurut teori ini mempunyai fokus pada kesadarannya dan tidak menekankan pada pengalaman masa lalunya karena yang terpenting adalah masa kini. Orang yang teraktualisasi selalu cenderung untuk meningkatkan tegangan dalam diri mereka dan menganggap peranan dan tujuan dari pekerjaan mereka itu sangat penting. Persepsi mereka bersifat obyektif dan mereka juga memahami bahwa mereka juga harus bertanggung jawab atas sikap mereka sebagai bagian dari tanggung jawab mereka kepada orang lain.

Orang yang terindividuasi menurut Jung memilki dorongan untuk merealisasikan dirinya namun tidak dijelaskan bahwa ia cenderung untuk menurunkan atau meningkatkan ketegangan dalam dirinya. Teori ini memfokuskan pada alam bawah sadar dan kesadaran secara seimbang, tidak seperti psikoanalisa milik Freud yang sangat fokus pada alam bawah sadar. Teori ini mengenal alam bawah sadar kolektif yang menjadi dasar kepribadian individu dan mengatur seluruh tingkah laku sekarang sehingga menjadi hal yang paling berpengaruh dalam kepribadian. Masa lalu dan masa depan dianggap sama berpengaruhny dalam menentukan tingkah laku masa kini. Namun sayang teori ini tidak menjelaskan mengenai tegangan diri dan peranan dari pekerjaan, tujuan bagi individu dan tanggung jawab pada orang lain.

Orang yang mengatasi diri menurut Frankl mempunyai dorongan untuk memberi arti pada hidupnya dan fokus pada kesadaran dan lebih memberikan tekanan pada masa lampau dan masa depan dibanding pada masa lalu. Orang dengan kepribadian sehat menurut teori ini cenderung untuk mencari cara agar dapat meningkatkan tekanan dalam dirinya dan peranan pekerjaan dan tujuan-tujuannya menjadi memiliki peran yang penting dalam perkembangan kepribadian. Tanggung jawab juga diperlukan dalam hal ini walaupun tidak dijelaskan sifat persepsinya.

Orang yang di sini dan kini menurut Perls adalah orang yang fokus pada kesadaran dan tidak menganggap masa lalu dan masa depan sebagai hal yang begitu penting dalam menentukan tingkah laku di masa kini. PerananĀ  pekerjaan dan tujuan tidak ada namun sifat persepsinya obyektif. Teori ini sangat terkenal pada saat Perls masih hidup karena dia adalah contoh nyata orang dengan kepribadian di sini dan kini, namun setelah Perls meninggal tidak ada yang dianggap dapat menjadi pemimpin teori ini lagi. Hal yang sangat kontroversial dari teori ini adalah bagaimana Perls mengajarkan bahwa orang dengan kepribadian sehat cenderung menjadi tidak mengindahkan orang lain, karena yang diajarkan adalah urusanku adalah urusan ku dan urusan mu adalah urusan mu.

Sangat menarik jika kita membicarakan mengenai ciri-ciri kepribadian yang sehat. Menurut saya, ciri-ciri ini tetap harus disesuaikan dengan budaya di sekitar individu sehingga harus ada adaptasi kembali. Inilah yang juga menjadi perbincangan ketika diskusi, “apakah hal ini bisa kita jadikan standar di Indonesia?”