…on Friend and Friendship

“Books! And cleverness! There are more important things – friendship and bravery”

– Hermione Granger

Every Potterhead like me must have been dreaming about having friends and friendship like what Harry had in his journey, but our reality is different from Harry’s reality because we are living in this boring muggle’s universe. Friendship is carved not just popped. Friends need to be made through one or more live-saving or truth-facing incidents.

We’ve been through many stages in our lives, still in one stage and will face many stages in the future. Every stages bring its own experience that sometime with an extended package, it introduce us to people that will stay in our heart and labeled as friend (some will labeled as best-friend-forever).

Since I am a huge fan of Erikson’s Psychosocial Development Theory, I will take his perspective on this post. According to Erikson, I am now in Early Adulthood Stage which crisis is intimacy vs isolation. Characteristics of this stage is we are able to reach out and connect with others and the favorable outcome is become intimate with someone and work toward career.

As an early adult, we are given the liberty of adult but also the responsibility. Our responsibility as an adult is not only for ourselves but also for the community. Society will push us to have a job, career, occupation, passion, or any other name of it. Beside having an income to support our lives, society will begin to push us to have a spouse or significant other, especially if you live in a country like mine where a woman is supposed to get married around 25yo.

According to what Erikson has said about this stage, someone need to acquire a sense of intimacy by accepting oneself and fusing one personality with others in order to accept others. It is the hard part of being an adult with many responsibilities. Sometime we tend to forget that we need someone or even a community to back us up when we are down. We are in a very productive age so we think that we need to pursue our dream as hard as we can even if we have to let many people disappointed at us in the process. As an adult, we are joining the world full of intrigues and hidden agendas, even ourselves had one or two. If we forget the basic principle of making friend and just building a relationship in a very manipulative way, we will have friends but we still won’t sense the intimacy.

Friendship is based on a mutual feeling. People will stick to someone who treasure their presence, because unrequited love is really tiring.

 

Katakan #JANGAN ?

Mudik lebaran kemarin, yang menjadi highlight saya adalah babies! Rasanya pekanbaru sedang dipenuhi dengan bayi-bayi, baik yang baru lahir sampe yang udah satu tahunan. Dimulai dari ponakan lucu, cerewet dan tak bisa diam sampai anaknya sahabat saya yang pendiam tapi suka joged sendiri, ada lagi ponakan cowok yang mendadak jadi cengeng sekali ketemu orang ramai terus ada pula yang baru lahir, tetapi rambutnya sudah sangat gondrong… 😆

Interaksi dengan bayi-bayi itu susah-susah gampang, gampang karena mereka masih polos, bagai kertas putih yang terserah kita mau menulis apa disana. susah karena mereka belum bisa diajak komunikasi dengan baik, karena kemampuan mereka di bidang kognitif belum maksimal, perkembangan bahasa dan penalaran mereka masih di tahap yang awal sekali. Gampang-gampang susah, namun sangat menyenangkan dan membuat saya tidak niat balik ke Jakarta lagi… *modus* hehehe

Kembali ke perkembangan bahasa, saya akan menyoroti ponakan saya yang berumur 18 bulan, alias 1,6 tahun. Makhluk lucu dan menggemaskan ini biasa di panggil zhazha dan kini sudah memiliki kosa kata yang cukup banyak sehingga dapat dikategorikan bayi cerewat serta sangat aktif sehingga sebanyak apapun dia makan, tampaknya dia akan tetap selangsing itu karena dia sangat tidak bisa diam. Berinteraksi dengan zhazha sekarang cukup menyenangkan karena dia sudah mulai bisa diajak berkomunikasi verbal. Kosakata yang dia gunakan sudah mulai sesuai dengan konteksnya, walaupun masih banyak kosakata yang dia pakai tanpa dia ketahui maksudnya. Contohnya adalah ketika menjelang lebaran, mama zhazha ingin zhazha fitting baju agar bisa di adjust dengan badannya sekarang, ada satu baju yang berwarna pink, yang mamazhazha tunjuk dan bilang pink. Zhazha memperhatikan saja, namun setelah itu dia selalu menunjuk baju-bajunya sambil berkata mpink, padahal sebelumnya dia sudah bisa bilang baju, mungkin dalam pikirannya mping juga berarti baju.

Kemudian saya ingat seorang dosen saya, mata kuliah perkembangan anak, pernah mengatakan sebaiknya tidak berkata “jangan” kepada anak-anak, lebih baik ganti dengan kata yang lebih spesifik seperti mengganti “jangan duduk di sana” dengan “berdisi di sini saja” karena anak-anak lebih mudah memahami kata-kata dengan arti yang jelas dibandingkan dengan kata “jangan” yang konsepnya masih abstrak. Saya mencoba bereksperimen dengan zhazha, ketika dia sedang berdiri, saya bilang “jangan duduk”, dia malah berkata “dodok” dan langsung duduk di lantai, kemudian saya bilang “jangan berdiri” dia langsung menyambut dengan berdiri tegak. Saya coba mengganti kata dengan “nah gitu ya, berdiri ya” dia langsung menjawab dengan “ya” dan tetap berdiri. Dari kejadian itu saya paham dengan yang dijelaskan oleh dosen saya, kemudian saya mencoba mencari artikel mengenai hal tersebut, ternyata banyak yang mengatakan bahwa kata “jangan” itu tidak boleh diucapkan ke anak, karena sebaiknya kita tidak berbicara dengan kata negatif ke anak, karena anak akan menangkap efek negatifnya tetapi kemudian saya menemukan satu artiket yang tidak setuju dengan hal itu sampai memberikan statement bahwa di Al-Quran saja, kata jangan banyak digunakan dan kita harus mengajarkan anak bahwa ada hal-hal yang tidak boleh dilanggar, entah kenapa, saya kurang setuju di beberapa bagian dengan artiket tersebut.

Larangan menggunakan kata jangan menurut saya adalah baik, selama sang anak masih di bawah usia 24 bulan karena perkembangan bahasanya belum sempurna dan jangan tidak memiliki arti yang jelas, beda dengan “tidak” dimana anak sudah mengerti arti “tidak” adalah sesuatu yang melarang, atau sebaiknya tidak mereka lakukan, walaupun pada kenyataannya, kata “tidak”pun bagi mereka terkadang masih buram maknanya. berbicara dengan anak-anak lebih mudah jika kita menggunakan kata yang memiliki makna kongkrit (bisa diterjemahkan dengan bentuk kegiatan atau dalam bentuk nama barang). Jika kita ingin mengajarkan kepada anak bahwa ada hal-hal yang namanya baik-buruk, anjuran-larangan, lakukan ketika masa perkembangan kognitif anak tersebut sudah cukup untuk memahami, diatas 2 tahun, dan itu pun harus tetap dilakukan dengan situasi yang positif, bukan untuk menakut-nakuti mereka, tetapi untuk membuat mereka paham bahwa di dunia ini tidak semua harus berjalan sesuai keinginan mereka saja, ada aturan main dan ada yang namanya “reward-punishment”. Hal yang senantiasa harus diingat adalah, agama itu untuk membuat hidup kita lebih teratur dan nyaman, bukan untuk menakut-nakuti kita, jangan sampai kita menurunkan ke anak kita rasa takut yang tidak pada tempatnya, dan satu lagi, manusia itu individu unik yang memerlukan pendekatan yang berbeda, begitu juga anak, mereka masing-masing mempunyai range perkembangan yang berbeda-beda. Sekian.

Anak-anak masa kini..

Seorang anak adalah mutiara bagi orang tuanya, walaupun kini banyak kenyataan bahwa orang tua malah menelantarkan anaknya, entah itu karena mereka merasa tidak sanggup membiayai sang anak atau malah karena mereka merasa sang anak cukup digelimangkan dengan harta sehingga tak perlu lagi kasih sayang dari mereka.

Miris. Itulah yang sering saya rasakan belakangan ini, melihat kehidupan tak lagi menjadi tempat yang ramah bagi anak-anak. Bukan, saya bukan akan menulis mengenai lingkungan yang sangat penuh dengan polusi dan tidak lagi sehat atau kurangnya lapangan untuk anak bermain dan berkumpul, saya akan bercerita mengenai bagaimana tuntutan kemajuan zaman membuat lingkungan yang secara fisik sudah tak layak kini juga tak layak secara psikis bagi anak-anak.

Materialistis. Itulah jenis kehidupan yang sedang kita jalani kini, dimana mengakui atau tidak, banyak orang yang mengukur kebahagiaan dari seberapa besar kemampuan finansial mereka mampu memenuhi kebutuhan sangat tersier dan kini semakin parah karena ditunjang dengan kemajuan teknologi yang pesat sehingga banyak alat penunjang kehidupan yang canggih dan menggiurkan. Kebutuhan untuk memiliki barang-barang tersier tersebut kadang terasa lebih mendesak daripada pemenuhan kebutuhan primer.

Well, seharusnya hal itu menjadi hal yang dipikirkan oleh orang dewasa bukan? Fancy and big house, lux condo, sport car, newest gadget, and others expensive things are suppose to be a grown up’s matters, not children’s. absolutely not theirs. Sesuai dengan tugas perkembangan masa kanak-kanak, mereka sedang berada dalam tahap mengeksplor kemampuan belajar mereka memalui permainan dan berinteraksi dengan orang lain. Orang terdekat anak-anak yang menjadi role model dan membentuk mereka adalah orang tua atau sosok pengganti orang tua, bagaimana pola asuh yang mereka terima akan membentuk skema berpikir mereka dan kecenderungan kepribadian mereka, dan mereka masih percaya seratus persen kepada orang dewasa yang mengasuhnya.

Hal itulah yang kemudian membuat saya berani mengatakan bahwa lingkungan masa kini tidak sehat secara psikis bagi anak-anak. Orang tua yang terlalu sibuk mengejar harta tanpa sadar mengajarkan kepada anak bahwa mereka bahagia jika bergelimang harta, mereka tidak butuh berbagi kasih sayang, kebahagian mereka menjadi bergantung pada barang-barang yang mereka punya, belum lagi pola asuh yang tak sehat yang membandingkan keadaan finansial sang anak dengan anak yang lain dan membuat seolah anak tersebut kurang bahagia dari temannya karena rumahnya lebih kecil, karena mobilnya lebih jelek, bahkan akan menjadi sangat buruk jika “kebahagian artifisial” itu diajarkan sang ibu yang paling dekat dengan mereka untuk menteror sang ayah yang pasti sangat ingin membahagiakan anaknya. Kemudian ada lagi anak yang lebih sering menghabiskan waktu bersama baby sitter atau pengasuh mereka, yang sekarang kebanyakan masih muda dan belum berpengalaman menjadi orang tua, mereka tidak sadar bahwa mereka menjadi role model bagi sang anak, mereka tidak sadar bahwa sang anak meniru dan mengingat apa yang mereka lakukan untuk kemudian menjadi tingkah laku mereka.

Ada juga anak yang dijadikan alat bagi orang tuanya untuk mencari penghasilan, seperti banyak yang kita temukan dijalan, bagaimana rasa iba orang lain menjadi suatu hal yang sangat pas sebagai ladang uang. Masa kecil yang dijalani di jalanan membuat anak-anak menyaksikan banyak hal yang belum sesuai dengan usia mereka, belum mampu mereka cerna dengan pikiran mereka yang masih berkembang, ini yang kemudian membuat istilah “dewasa sebelum waktunya” muncul.

Anak-anak, mungkin kini masanya sudah jauh berbeda dari masa saya kecil dulu, dimana makan malam bersama mama dan papa sudah merupakan hal yang membahagiakan, walau rumah kami tak besar, main di lapangan kecamatan sampai baju kotor dan pulang sore menjadi hal yang sangat berkesan, luka-luka akibat jatuh dari pohon menjadi hal yang manis untuk dikenang. Ya, masa itu tampaknya mulai berlalu, kini anak-anak lebih bahagia jika di bisa seharian dirumahnya yang besar dengan berbagai alat permaianan canggih dan gadget lainnya, lebih bahagia jika mereka bisa tampak lebih dari temannya.

Benarkah seorang anak akan lebih bahagia jika dari kejauhan dia melihat rumahnya besar seperti rumah teman-temannya atau itu hanya ide yang ditanamkan oleh sang ibu pada anaknya?

Bahagia itu sangat relatif, sungguh…

Fainting Game

udah lama pengen post tentang ini tapi gagal terus,,

hmm,,

beberapa minggu yang lalu saya baca artikel tentang meninggalnya anak di Amerika akibat bermain “fainting game” (belum berhasil menemukan istilah Indonesia.. kalo diartikan secara harfiah sih maksudnya permainan pingsan-pingsanan).

Fainting Game atau biasa juga disebut Choking Game atau pass-out game, space monkey, scarf game, space cowboy, California choke, the dream game, cloud nine, juga purple hazing adalah permainan yang cukup terkenal di kalangan anak-anak di Amerika, dimana tujuan permainan itu adalah merasakan sensasi “dying” atau sensasi orang ketika sekarat terlebih lagi hal itu dimaksudkan untuk “getting high” tanpa meminum obat-obatan. Permainan ini bermaksud memotong aliran oksigen ke otak sehingga merasakan euforia seperti yang di dapat ketika meminum obat-obatan. PARAH! karena dalam permainan itu biasanya mereka juga memakai alat bantu untuk memutuskan sejenak aliran oksigen ke otak mereka dan membuat “melayang”. Alat bantu itu antara lain ikat pinggang yang di ikat ke leher, jepitan untuk menutup hidung, dan banyak lagi yang lainnya yang dapat membuat oksigen berhenti mengalir sejenak, dan ini sudah banyak MEMAKAN KORBAN lho!

Menurut Center for Disease Control (CDC), ada sekitar lebih dari 80 kasus kematian diakibatkan oleh permainan ini pada anak-anak yang berusia 5 – 19 tahun periode 1995-2007 dan lebih banyak dialami oleh anak laki-laki, namun permainan ini sama bahayanya bagi anak perempuan dan laki-laki. Beberapa tanda yang bisa dilihat dari anak-anak yang sudah terjangkit permainan ini antara lain:

  • luka atau bekas luka di leher
  • mata merah
  • memakai pakaian yang menutupi leher walaupun cuaca panas (bukan jilbab loh maksudnya)
  • kebingungan atau disorientasi setelah ditinggal sendirian untuk beberapa saat
  • menyimpan barang-barang tidak wajar seperti tali tambang, ikat pinggang, syal, atau tali-tali untuk mountaineering
  • sering mengeluh sakit kepala bahkan dalam tingkat sangat kesakitan
  • tingkah laku yang mencurigakan, merusak, dan suasana hati yang tidak terduga
  • pendarahan di bawah kulit muka dan mata.

Walaupun permainan ini sudah banyak memakan korban, penelitian yang dilakukan belum terlalu banyak mengenai permainan ini, namun secara umum dapat disimpulkan beberapa penyebab anak-anak menggemari permainan ini, antara lain:

  • dilakukan di kelas agar dapat membolos pelajaran
  • tekanan teman sebaya, tantangan, bahkan syarat untuk bergabung dengan kelompok tertentu
  • rasa penasaran mengenai sensasi mendekati kematian
  • ketagihan atas rasa “melayang” hadir
  • prospek untuk intoksikasi tanpa mengeluarkan biaya.

sewaktu pertama kali membaca postingan tentang ini, saya kaget karena sudah begitu putus asakah manusia sehingga ingin merasakan sensasi maut dan bercanda dengan kematian? atau ini malah tanda-tanda manusia sudah semakin kreatif?

sumber2: sini dan sini

untuk mencegah bertambahnya korban dari permainan ini, tentu perhatian intensif dari orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya menjadi solusi utama dan komunikasi dua arah antara anak dan orang tua harus mampu diciptakan agar anak tidak menyimpan sendiri permasalahannya yang mengakibatkan ia mencoba mencari solusi dengan cara yang salah atau bahkan melarikan diri dari kehidupannya. Kontrol orang tua dalam kehidupan anak tentu sangat penting, tapi orang tua juga harus paham batas-batas privasi sang anak sehingga tidak malah menimbulkan sensasi terkekang pada anak yang malah berujung pada perilaku yang lebih anarkis,,

semoga post kali ini berguna,,

ada yang bisa share lebih lanjut?

😀

Hambatan Perkembangan anak

apa siyh sebenarnya yang dimaksud dengan hambatan perkembangan anak??

ingin sedikit mengulas hasil mata kuliah Hambatan Perkembangan Anak (HPA) yang diampu Bu anas niy,,

Hambatan perkembangan anak adalah manifestasi dari perilaku yang terhambat, dimana masih dalam lingkup normal dan masih bisa diluruskan,, Pengertiannya ialah Suatu hambatan perilaku yang dialami anak-anak dalam perkembangannya yang dapat berasal dari hambatan sosial, emosi, kognisi, maupun fisik,,

ada beberapa faktor yang beresiko terhadap perkembangan anak,,

yang pertama adalah FAKTOR ORGANIK, antara lain disebabkan oleh genetik, pra natal, perinatal, neurological dimentia, atau nutrisi yang kurang baik selama kehamilan. “Perinatal” adalah waktu yang sangat dekat dengan kelahiran, dan sangat penting untuk diperhatikan karena bayi baru saja keluar dari kandungan yang mana selama kandungan ia masih seperti benalu, dan ketika lahir sudah sudah harus berusaha sendiri setelah di putus tali plasentanya, ini merupakan periode kritis,, sedangkan “neurological dimentia” sangat berhubungan dengan proses kelahirannya, yakni luka yang memungkinkan terjadinya kerusakan selaput otak,,

yang kedua adalah FAKTOR SUBORDINATE, antara lain status sosial anak, intrapersonal, interpersonal, lingkungan yang kumuh, amburadul, atau bahkan drop out. yang dimaksud “status” adalah seperti hidup di daerah kumuh atau miskin dan sosialisasi yang drop out. sedangkan yang dimaksud dengan “intrapersonal” adalah kepercayaan dirinya yang kurang, IQ yang below avarage. “Interpersonal” adalah pola asuh yang tidak baik, anak disepelekan, disia-siakan, atau orang tua yang tidak harmonis.

Bentuk dari hambatan perkembangan anak itu ada 3 kategori besar,, behavior problems, behavior disorder, ama behavior maladjusting,,

First,, behavior problem

yaitu problem perilaku,, hambatan ini tidak terlihat sebagai suatu problem, tidak merugikan orang lain, namun dapat metugikan perkembangan diri si anak, dan masih dalam taraf ringan. Contoh dari hal ini adalah ngemut jempol, eating problem, makan diemut yang bikin lama banget makannya jadiny,,

second,, behavior disorders

yaitu perilaku yang menyimpang bila dibandingkan anak seusianya, yang ini sudah agak berat, karena sudah tergolong merugikan dirisendiri dan orang lain, dan perasaan terhadap gangguan sudah lebih dirasakan daripada yang problem perilaku sehingga dikatakan sudah butuh bantuan penanganan orang lain yang lebih ahli, seperti dokter,psikolog, dll. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan pusat syaraf (contohnya conduct disorder), atau bisa juga disebabkan oleh gangguan psikis (contohnya trauma atau stress yang mengakibatkan anak mengalami school refusal).

third,, behavior maladjusting

yaitu perilaku yang keliru yang dilakukan anak-anak untuk mengatasi tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam dirinya sendiri, juga merupakan kompensasi yang negatif, namun sifat perilaku tersebut biasanya hanya sementara dan dalam penyelesaiannya butuh bantuan seorang ahli. Hal ini dapat disebabkan oleh tuntutan yang terlalu tinggi kepada anak tersebut juga bisa dikarenakan faktor dalam diri anak itu sendiri, seperti ia merupakan individu yang belum mempunyai cara yang baik dalam penyelesaian masalah. Dapat dicontohkan dengan keadaan seorang anak yang tergolong trouble maker di kelasnya, padahal hal itu mungkin dapat diakibatkan dari tuntutan orang tuanya yang ingin anaknya menjadi peringkat pertama di kelasnya, si anak malah memenuhi tuntutan orang tua dengan menjadi penguasa di kelasnya, karena dalam pikirannya jika ia menjadi penguasa di kelasnya, maka ia bisa menjadi juara I di kelas tersebut.

Waspadai anak yang pingsan!!

Tahukah Anda??
Orang yang sering pingsan ketika upacara sebenarnya dapat mengidap spastic!!

Spastic adalah keram otak ringan, yang karena tidak tahan panas akan mengakibatkan tidak sadarkan diri. Akibat dari spastic ini akan menjadi semakin teruk (baca: parah) jika mengalami stress atau marah atau dimarahi. Namun gejalanya akan berkurang dengan istirahat yang banyak.

Spastic juga merupakan jenis cerebral palsi (see: adat dan perkembangan anak)

Jadi,, seseorang dengan spastic tidak boleh kecapekan atau diletakkan pada situasi yang penuh tension yang dapat membangkitkan emosi negatif orang tersebut. Namun bagi yang mengalaminya, jangan dijadikan alasan untuk menghindari tanggung jawab yah..

Kemudian,, untuk para orang tua, jika anak anda sering pingsan tiba-tiba, baik ketika upacara atau tidak, jangan hanya puas dengan alasan “belum sarapan pagi” atau “Cuma kurang tidur koq”, mungkin ada kemungkinan spastic, yang meski tidak terlalu bahaya tapi lebih baik diketahui sejak dini kan??

adat dan Perkembangan anak

Ternyata tradisi pelaksanaan ritual suap-suapan di upacara adat pernikahan itu ada gunanya,,
Sangat berkaitan dengan kondisi fisik dan mental kedua mempelai,,

Yah… karena dari ritual ini akan dapat diketahui apakah mereka atau salah satu dari kedua mempelai tesebut mengidap ataxia atau tidak. Kalau ritual ini berjalan lancar, berarti bebas dari ataxia,, [terlepas dari urusan grogi-grogian dan sok malu-malu yah,, 🙂 ]

Apakah itu ataxia??

ATAXIA adalah salah satu jenis dari cerebral palsi [kerusakan otak/ada bagian otak yang tidak berkembang sebagaimana mestinya; salah satu jenis neurological impairment].

Ataxia merupakan emosional instability, yaitu kehilangan keseimbangan atau kehilangan kontrol emosi. Contoh penderita ataxia adalah seseorang yang sebenarnya memiliki otot yang tidak kaku, namun beliau tidak mampu berdiri dan jalannya cenderung tidak stabil.

Lalu apa hubungannya dengan suap-suapan??
Hehehehehe

Hubungannya adalah…
Seseorang dengan ataxia akan sangat terlihat ketika makan, karena ketika tangan menyuapkan makanan kearah mulut, tapi mulutnya malah menutup, sedangkan ketika menjauh, mulut malah membuka,,

Mereka lebih hebat dari kita

dsc02210.jpgsebuah pengalaman yang luar biasa bagi ta terjadi hari sabtu kemarin, tepatnya tanggal 15 Maret 2008. sebuah kesempatan untuk menyaksikan hal yang luar biasa datang dari kunjungan mata kuliah Psikologi anak dan remaja khusus yang diampu oleh bu aisah indati ke Panti sosial bina netra, dari pagi hingga siang hari di hari sabtu tersebut.

Panti Sosial Bina Netra (PSBN) adalah sebuah Unit Pelaksana Teknis daerah pada dinas sosial dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial terhadap penyandang cacat netra. Tujuan dari PSBN ini adalah terbina dan terentasnya penyandang cacat netra sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam tatanan kehidupan dan penghidupan masyarakat. inilah sedikit penjelasan tentang PSBN.

kembali ke kunjungan ke PSBN. menjejakkan kaki di aula PSBN tempat kami akan mengadakan pertemuan formal,  kami disambut dengan alunan musik dan suara yang sangat bening dan menghibur. mangambil tempat duduk yang terdepan membuat saya lebih dapat melihat jelas kepanggung aula tersebut. Ternyata, musik yang mengalun indah dan nyanyian yang merdu berasal dari saudara-saudara kita yang tidak memiliki salah satu indra seperti yang biasanya menjadi jendela dunia bagi manusia.

banyak hal yang bisa mereka lakukan, bahkan lebih baik daripada kita,,

mereka benarbenar luar biasa!!

Pampers dan Perkembangan anak

images.jpeg

ini adalah blog yang mengeluarkan tulisan yang berasal dari hati,, dan anak-anak adalah bagian atau bahkan keseluruhan hati dari orangtuanya,,

perkembangan pada masa anak-anak sangat berarti untuk masa depan mereka, baik fisik maupun psikis mereka.

seperti yang sering dikatakan dalam iklan, masa anak-anak adalah masa emas kehidupan.

seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban, makin banyak barang-barang yang diciptakan manusia untuk mempermudah kehidupannya,

juga bagi anak-anak, salah satunya pampers atau dalam bahasa indonesianya dikenal dengan istilah popok.

popok adalah alat yang dimaksudkan untuk memudahkan orangtua sehingga tidak terlalu sibuk untuk membersihkan ampas makanan anak-anak mereka yang belum mengerti untuk membuang sampah pada tempatnya. tapi kembali, seiring majunya zaman maka berubah jugalah nilai-nilai yang dianut oleh manusia modern ini. dahulu kala, anak adalah permata bagi orang tuanya, apapun hampir akan selalu dilakukan orangtua demi kebaikan anaknya, tapi apa yang kini terjadi? anak malah serig diabaikan oleh orang tua untuk mengejar materi yang dalam pembelaannya mereka melakukan hal itu demi kebaikan anak mereka juga, namun apakah itu memang baik? akn sangat panjang kajiannya.

dalam perkembangan anak, orang tua mempunyai peran penting yang membantu menentukan bagaimana kepribadian anaknya akan terbentuk dan membawa kehidupan mereka selanjutnya. pampers atau baby diapers ternyata mempunyai efek yang berbahaya dan jangka panjang dalam menghambat perkembangan anak. anak-anak yang telah terbiasa dari bayi hingga agak besar menggunakan pampers, akan mengalami beberapa perbedaan dari bayi-bayi lainnya, tentu saja jika pampers itu dipakai setiap saat, bukan pada saat-saat tdak berdekatan dengan toilet saja, atau dalam bepergian.

implikasi yang pertama bagi anak tentu saja yang paling mudah dilihat adalah dari aspek fisik. aspek fisik yang paling berpengaruh tentu saja bagian pinggul ke bawah, yang terkait langsung dengan penggunaan popok tersebut. banyak yang mengeluhkan cara berjalan anak mereka, yang setelah masa kecilnya dihiasi dengan penggunaan popok, ada kecendrungan bagi anak-anak tersebut berjalan dengan sedikit mengangkang atau kakinya menjadi tidak bisa merapat tapi ini mungkin bisa diatasi dengan membiasakan cara berjalan yang lebih baik sejak dini. namun saya pun belum pernah membaca mengenai cara mengatasi hal ini, mungkin ada yang bisa membantu..

yang kedua memasuki zona psikis anak tersebut. dalam menunjang perkembangan ada yang dinamakan toilet training, nah apakah toilet training itu? toilet training itu bagaimana melatih anak agar dapat menggontrol refleks otot sphincternya agar bisa bekerja denganbaik sehingga ia tidak mengalami lagi enupresis dan enkopresis. waduh,, apa pula enupresis dan enkopresis itu? hm,, yang mudahnya, dalam bahasa awamnya, enupresis itu ngompol dan enkopresis itu buang air besar sembarangan, baik disengaja atau pun diluar kendali anak tersebut.

apa hubungan popok dengan toilet training?

sangat erat.. toilet training merupakan bagian penting dari alur perkembangan anak, sedangkan popok dapat menjadi bagian dari hambatan perkembangan anak. sebuah negasi yang menarik menurutku.

anak-anak yang telah terbiasa memakai popok dari kecil di setiap saatnya akan mengalami kesukaran yang levelnya setingkat diatas anak-anak lain yang tidak terbiasa memakainya ketika dihadapkan pada tuntutan lingkungan yang mengharuskan mereka sudah bisa mengeluarkan sisasisa sari makanan dan minuman mereka ditempat yang sepantasnya. keterlambatan mereka untuk beradaptasi dengan tuntutan lingkungan yang kadang mengekang ini dinamakan sebuah hambatan, yang dampaknya tentu saja bisa panjang hingga mereka dewasa.

ada beberapa kerugian lain yang akan dialami anakanak yang orangtuanya sangat terpengaruh dengan iklan popok yang anti bocor ini. yang pertama adalah masalah iritasi pada kulit anak tersebut dan juga sebuah sikap ketergantungan yang terbentuk lebih awal dan menyesatkan. anak-anak yang telah terbiasa dengan memakai ini dakan mengalami ketergantungan yang sangat mungkin untuk mengarah menjadi hal yang patologis dalam perkembanganmereka selanjutnya.