Teruntuk Mas @EdotNo

..13042014..
..13042014..

Saya suka bingung kalau disuruh mengungkapkan isi hati pakai Bahasa Indonesia..

Bukan karena saya belagu atau songong, tapi saya merasa kalau pakai bahasa Indonesia itu makna kata-katanya lebih menusuk ke hati, jadinya saya harus benar-benar memilih kata dengan tepat…biar semuanya makin meresap dan sampai pada orang yang tepat.

🙂

Jadi.. karena ini request khusus, jadilah saya memutar isi kepala untuk memilih kata-kata yang cukup aman untuk ditulis di sini.. hehehe (abisnya pilihan yang di kasi hanya Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa, Bahasa Jawa saya kan levelnya masih di bawah permukaan laut)

Pertama kali ketemu 14 Februari 2010, sudah 4 tahun yang lalu… Tengah malam gelap gulita, bahkan nama aja kita baru hapal beberapa hari kemudian ya mas.. :p Sampai satu bulan setelah itu, yang ada dipikiran kita cuma bagaimana bisa selamat dari tempat gelap gulita itu. Baru mulai dekat setelah berjauhan beberapa bulan kemudian.

Kalau bercerita mengenai Mas Edh, pasti post ini akan jadi panjang dan tak selesai-selesai, karena terlalu banyak kenangan untuk di gambarkan kembali di sini. Beberapa hal yang saya ingat dari sosok Mas Edh, yang mungkin teman-teman yang lain juga akan setuju adalah dapat di percaya dan penuh perhatian. Mas Edh adalah tipe orang yang akan selalu ada bagi teman-temannya ketika kami sedang butuh seseorang untuk menggalau bersama, walaupun Mas Edh sedikit terlupakan ketika kami sedang bahagia. *peace*

Sekarang, Mas Edh udah menempuh hidup baru, bersama Mbak Nia.. Mas Edh bukan lagi milik bersama, tapi saya yakin nggak ada yang berubah dari sosok Mas Edhi yang seperti bintang, tak selalu terlihat, tapi akan selalu ada menghiasi langit yang gelap absolut. *mulai Ngaco*

Dari cerita saya di atas, mungkin akan banyak yang berpendapat bahwa Mbak Nia beruntung menjadi isterinya Mas Edh, tapi menurut saya yang lumayan sering mengganggu ketenangan hidupnya Mas edh, Mas Edhi lah yang beruntung menjadi suaminya Mbak Nia. Walaupun kita baru ketemu satu kali, saya yakin Mbak Nia akan bisa membuat hidup Mas Edh lebih berwarna karena Mbak Nia dari sudut pengamatan saya yang kadang ngawur ini adalah seorang wanita luar biasa yang punya tekad kuat dan selalu dapat melihat sisi positif kehidupan. Mbak Nia menurut saya adalah seseorang yang dapat menutupi semua kekurangan Mas Edhi, terutama kalau lagi ngobrol, Mbak Nia pasti selalu dapat mencairkan suasan karena Mas Edh agak kaku-kaku gimana gitu.. 😆

IMG_5538_resize copy

Selamat menempuh hidup baru Mas Edhi dan Mbak Nia..

Walaupun mungkin masa-masa awal terasa sulit, saya yakin kalian orang-orang hebat yang mampu melewatinya dengan tawa dan canda..

Semoga “Sakinah Bersama” dapat terwujud dan kalian selamanya dalam kebahagiaan dan Ridha Allah..

Love You Both!

-@daRkJasm

my Journey with @ciciadja

Sri Hidayati, S.Psi

Pertama bertemu sepertinya ketika jadi murid baru di SMAN 8 Pekanbaru, tapi kita tak pernah saling menyapa, mungkin terkadang saling bertukar senyum saat tak sengaja berselisih jalan, tapi seingatku tak pernah kita saling bertukar kata, nama pun mungkin kita tak saling kenal. Takdir ternyata menyuratkan kita untuk jadi teman sekelas, mulai saling menyapa, bertukar canda, menghabiskan jam pelajaran bersama, tapi tetap tak pernah begitu akrab, tak pernah punya momen berdua, hingga kita (dipersatukan takdir lagi) bersama-sama diterima di Fakultas Psikologi UGM.

Since then, we almost done everything together.. we share room, even bed in our first year of university. Kita punya DPA yang sama, yang berarti hampir semua kelas kita sama (di awal-awal kuliah tentu saja, karena pada akhirnya kita juga punya selera yang berbeda dalam mengambil mata kuliah). Kita mulai berbagi canda dan air mata, bertukar cerita yang membuat kita sadar, bahkan kisah hidup kita pun hampir sama, kita selalu bisa berbagi kerinduan kita kepada Ibunda yang telah tiada. sungguh luar biasa, punya sahabat baru yang sangat mengerti duka berpisah dari mama..

Bersahabat dengan seorang Cici benar-benar membuat aku merasa mudah melalui masa-masa awal kuliah, dimana seorang Cici pasti selalu hadir dengan keriangannya dan selalu berusaha menyembunyikan kerapuhannya, selalu membawa tawa dalam segala suasana, mungkin air mata bagi Cici layaknya aurat yang harus selalu ditutupi.

Ingatkah? ketika kita sama-sama menangis di Taksi setelah briefing Psikologi Rumah Kita? Ketika kita liburan tanpa rencana ke Tawang Mangu? Ketika kita ke happy puppy sampai tutup? Ketika bangun lebih dulu dari ayam demi motoran ke Pantai Sundak dan sekitarnya? Ketika kita bermain bersama anak korban banjir di Ngawi? Ketika kita berjuang menjadi Pandega di UKM Pramuka UGM? Ketika kita jatuh cinta teramat sangat namun tak terbalaskan? Ketika Mall Ambarrukmo belum mencuri perhatian kita dari Malioboro? Ketika Parsley jadi salah satu tempat bengong terbaik kita? Ketika akhirnya kita sama-sama diterima kerja di tempat yang berbeda dan menyadari kita mungkin tak akan pernah memiliki kisah hidup bersama lagi?

Persahabatan kita tentu saja tidak lepas dari percikan rasa kesal dan rasa permusuhan, yang alhamdulillah hanya untuk sementara. Kini pun kita sudah jarang sekali bersua, kita sudah memasuki dunia yang berbeda, namun kita tahu bahwa kita akan selalu ada untuk satu sama lain. Rindu ini selalu menuntut untuk dipuaskan, tapi aku cukup tau diri untuk tidak memaksakan, apalagi sekarang ada kehidupan yang sedang tumbuh dalam rahim Cici.

I love you Nequ, always be, always will..

Happy Birthday!

-Bubun-

Labelling

Menyambung post ini, saya juga ingin membagi opini saya mengenai hal lain yang bisa menimbulkan prasangka, bukan hanya diturunkan oleh orang tua kita saja.

Beberapa waktu yang lalu saya dapat curhatan dari seorang teman yang lagi ada masalah dengan beberapa orang temannya. Mungkin sebelum saya bercerita lebih jauh, saya beri ilustrasi nya dulu ya..

Panggil saja Bunga (ini bukan cerita kriminal lho ya), dia baru pindah kantor, jadi di kantornya itu seperti kantor yang lain, pegawai baru pasti ditraining dulu dan pake sistem angkatan atau batch atau teman seperguruan atau teman sepermainan atau entahlah apa namanya lagi yang lain. Pada awal masa training, Bunga dan teman-temannya cukup akur hingga menjelang akhir masa training mereka, mulai terjadi perpecahan. Setelah masa training mereka selesai dan masing-masing sudah ditempatkan pada bagian yang sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka maka masa kebersamaan mereka pun berkurang sehingga perpecahan yang awalnya hanya bibit saja, kini mulai tumbuh dan bersemi *ini juga bukan pelajaran bercocok tanam lho* dan angkatan Bunga pun akhirnya pecah menjadi dua kubu. Suatu waktu, kantor mereka mengadakan gathering namun Bunga berhalangan hadir karena dia harus menjenguk anjingnya yang sakit. Setelah kembali dari perjalanan panjangnya *koq makin lama bahasa ilustrasi ini semakin aneh ya?* *biarin ah, yang penting pahamkaaan??* *ngomong ama cermin*, Bunga kaget karena seorang teman dekatnya *sebut saja kumbang* bercerita bahwa ada teman seangkatannya  *sebut saja Kembang* yang bertanya pada Kumbang , kira-kira begini percakapan mereka :

Kembang : “mana temen-temen lo yang lain?”

Kumbang : “ha? temen-temen gue? bukannya mereka juga temen-temen lo?”

Kembang : “eh, iya maksudnya, mana anak-anak yang lain?”

-/.-/-/.-

Long story short, percakapan itulah yang membuat Bunga sedih dan juga membuat saya berpikir miris, bagaimana persahabatan bisa retak dan pecah. Hal ini tidak hanya terjadi pada Bunga tapi saya yakin kita semua hampir pernah mengalami hal yang sama sampai ada kalimat “it’s really nice when a stranger become friend, but it hurts more when a friend become stranger.

Kembali pada perihal prasangka, bisa muncul kata-kata “temen lo” oleh Kembang adalah bukti bahwa sudah terjadi reklasifikasi, atau pengelompokan ulang yang awalnya mereka adalah satu kelompok kini, menjadi dua kelompok dan tidak dipungkiri bahwa perlakuan masing-masing anggota kelompok tersebut akan berbeda antara teman sekelompok dan teman yang berbeda kelompok dan mereka akan mulai membentuk sebuah “stereotipe” atas anggota kelompok lain.

Stereotipe inilah yang memunculkan prasangka antar kelompok dan muncullah yang disebut homogenitas outgroup dimana kita menganggap orang di luar kelompok kita itu mirip bahkan sama dalam segala hal atau yang sekarang sering dipakai adalah istilah “generalisasi.”

Dari ilustrasi diatas dan post sebelum ini, kita bisa paham bahwa prasangka tidak hanya diturunkan dari orang tua ke anak, tapi juga terbentuk karena pergaulan sosial dan kebutuhan individu akan konformitas kelompok. Identitas kelompok menjadi penentu penting dalam perjalanan hidup manusia dan biasanya mereka akan mengikuti norma kelompok di mana cara berpikir dan bertindak mereka pun akan sangat dipengaruhi oleh norma kelompok dan orang-orang dalam kelompok tersebut.

Masalah yang terjadi pada Bunga dan teman-temannya itu mungkin diawali oleh salah paham atau adanya perbedaan pendapat antara mereka yang tidak diselesaikan dengan tuntas sehingga menimbulkan perbincangan dibelakang yang hasilnya membuat polarisasi kelompok, terbentuknya kubu dalam sebuah kelompok, dan bukannya diselesaikan atau mencari jalan tengahnya, mereka tampaknya malah memperuncing perbedaan di antara mereka sehingga membuat pengambilan keputusan bersama pun semakin sulit.

Adanya prasangka yang mulai muncul antar kelompok mebuat penyatuan kembali menjadi sedikit lebih sulit, karena masing-masing anggota kelompok sadar maupun tidak sadar mulai mempercayai bahwa mereka lebih baik dari anggota kelompok yang lain. Jika prasangka antar kelompok yang diturunkan antar generasi mungkin bisa dihilangkan dengan membuka interaksi antara dua kelompok yang berprasangka agar masing-masing anggota dapat mengubah pendapat mereka tentang kelompok yang lain, maka prasangka yang muncul karena interaksi seperti yang terjadi pada Bunga mungkin bisa dihilangkan dengan bantuan pihak ketiga yang menengahi secara terbuka atau bisa juga menyusup ke dalam kelompok mereka dan secara perlahan memberikan pemahaman baru akan kelompok yang lain dan pengelompokan ulang pun mungkin bisa dilakukan sehingga istilah “temen-temen lu” tidak akan muncul lagi.

23 years of life..

Precious!

Alhamdulillah for all the things happened in my life, i couldn’t ask for more wonderful life then mine..

it’s all I could live for and it’s what i’m grateful for..

🙂

earlier this night, I got surprise cake from my best friends, flour and egg bathing in the middle of the night, frozen because of it!

feel so blessed, having wonderful friends like them..

Banyak luka, duka dan suka sudah kita lalui bersama.. semuanya penuh cerita, tentang saling percaya, tentang yang menganiaya, tentang semua, semua cinta yang kita bagi bersama..

Belum lama sih mengenal kalian, tapi selalu merasa beruntung punya kalian, ada yang selalu bisa diandalkan, walau itu hanya untuk sekedar perlu pelampiasan.. 🙂

i love you all!

*would like to mention you all here, but it’s kinda too risky to be done, you remain in my heart, forever!* *ketjup* *baca doa tolak bala*

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Tiap tahun kita akan melewati “hari ulang tahun” dimana orang-orang memperlakukan kita dengan cara berbeda, dan aku suka itu.. entah memperlakukan dengan istimewa, atau malah sengaja dibuat kecewa, yang jelas akan selalu bahagia.. 🙂

*can’t stop smiling*

bagiku, hingga hari ini sudah 23 kali hari ulang tahun kulalui..

tahun-tahun pertama kehidupanku dipenuhi dengan papa, mama, kakak dan keluarga dekat saja..

walaupun hingga tamat SD selalu diadakan perayaan oleh mama papa, tapi entah siapa yang datang pun aku sudah tak ingat lagi, hanya sekelebat bayangan keramaian yang membekas. *cuma kue mama yang masih terasa lezatnya di lidah*

Mulai menginjak SMP, mulai mengenal persahabatan. Di awali dengan teman-teman dekat rumah dan akhirnya aku malah lebih dekat dengan teman di sekolah, karena memang sebagian waktu dihabiskan di sekolah.

Saat SMP aku mengenal teman-teman yang bisa menjadi sahabat yang tak lekang oleh waktu, ada yang hingga kini bertahan selalu bersama walau tak lagi kita sering bertatap muka, *padahal kita satu kota ya, Mit? miss you, hiks*, ada yang karena bersama di Pramuka, membuat kami sangat memahami satu sama lain, luar biasa rasanya mempunyai sahabat seperti mereka, benar-benar bisa saling mengerti tanpa mesti bicara.. 🙂 amazing friends full of miracle… nambah satu ya dari Pramuka di zaman SMA?? 🙂 *tribute to Xaiank, Cinta dan Kump + Kak Q*

Teman sekelas di kelas 2 SMA adalah teman-teman yang paling berharga buat saya, karena mereka yang membantu saya melewati masa terberat dalam kehidupan saya..

saat saya berulang tahun yang ke 15 tahun di tahun 2003, saya tak bisa lagi merasakan nikmatnya kue ulang tahun buatan mama lagi, karena persis 5 hari sebelum saya berulang tahun mama telah tiada… namun memiliki teman-teman yang penuh kasih itu membuat saya tetap bisa merasakan sedikit kebahagiaan di masa tergelap hidup saya.

…29 September 2003…

bel istirahat berbunyi, tapi sang ketua kelas menutup pintu kelas agar tidak ada yang keluar kelas dengan alasan ada yang kehilangan uang lagi (beberapa minggu sebelumnya hal ini pernah terjadi juga di kelas) sehingga dia ingin me”razia” isi tas kami.. tapi ternyata malah Black Forest Cake yang muncul dihadapan saya… saya terharu, tak menyangka mereka akan sangat perhatian pada saya.. itu benar-benar titik dimana saya akhirnya percaya bahwa saya mampu menjalani hidup meski tak bersama mama…

mungkin bagi Spregen 8 (nama kelas saya saat itu) apa yang mereka lakukan tidak begitu berarti bagi mereka, atau itu hal yang biasa mereka lakukan, tapi bagi saya, itu sangat berarti dan momen terindah dalam hidup saya.. mereka menunjukkan kepada saya bahwa mereka masih menyayangi saya dan tidak memandang saya dengan berbeda setelah saya kehilangan mama.. saat itu saya yakin mereka akan selalu ada jika saya membutuhkan mereka, dan itu terbukti hingga saat ini.. mereka teman yang sangat berarti dalam hidup saya, walaupun mereka mungkin tak menyadarinya… dan saat itulah saya bertekad kalau saya juga akan selalu ada jika mereka membutuhkan… I do really miss you all guys!

and then I went to Yogya… for my university years! great years there, great years!

another adventure, another bunch of friends, but still.. they remain as amazing as my other best friends..

setiap perjalanan hidup saya, saya menjumpai banyak orang, ada yang lekas berlalu, ada yang singgah sebentar dan ada yang memilih untuk tetap tinggal, mungkin bukan dalam wujud nyata, tetapi imaji mereka selalu nyata dalam benak saya.

Gank Asyiq, begitu kami menamakan gerombolan nakal kami.. banyak hal, banyak kenakalan, entah itu nonton hingga larut malam, karaoke hingga tempatnya tutup, atau pulang pagi setelah berangin-anginan di alun-alun kidul.. great time, loves!

ada juga teletubbies di kampus.. sungguh, aku rindu pelukan kalian, my smart and brilliant friends! semoga sukses selalu dikehidupan kalian…

…kini semua kenangan itu masih ada dalam pikiran, selalu mampu menghangatkan hati yang mulai beku, selalu…selalu menghadirkan rasa sendu.. oh kini aku sungguh merindu!

psstt… now i’m waiting for “you”! 🙂

thanks for the surprise…

-Dimas & Wenny-

once upon a time..

a princess walks in a rhyme..

holding hands with a prince in a dime..

to a chamber where making love is no longer a crime..

one day in the calendar..

colors cover the cellar..

music comforts a heart war..

holding breath till the last bar..

syahdan dalam suatu masa..

mulut tak cukup lancar berkata..

mata tak mampu mengunggap rasa..

saat IJAB telah tiba..

Satu Bulan di Kalender Gregorian..

tepat berhanti di angka sembilan..

hari ke delapan untuk kesakralan..

hari ke sebelas untuk perayaan..

Sebuah masa dalam persahabatan..

saat belia kebersamaan..

saat dewasa penuh dukungan..

saat tua masa kenangan..

..8 September 2011..

ikrar diucap cinta berbalas..

mencapai Ridho Allah harus bergegas..

doa terkirim dengan tangkas..

untuk sahabat yang tak lagi bebas..

saling mengikat semoga tak lepas..

untuk cinta sepanjang hayat yang tak pernah tuntas..

Happy Wedding my dear Dimas & Wenny
tak ada cukup alasan untuk ketidakhadiran
hanya doa yang sanggup terlisan
semoga diberi kemakluman
karena aku turut bahagia bersama kalian…
Jakarta, 8 September 2011

p.s I grabbed it from Dim’s Twitter Profile Pic