Travelling a la Woody Woodpecker

One wedding invitation could turn into a fun journey…

I am writing this post from Argo Lawu, a train to Yogyakarta, one of my favourite City!

20121102-210946.jpg

inside the argo lawu train… Sleepy….

Like what i’ve stated earlier, a wedding invitation could lead us into a *hopefully* fun journey. This sentence is describing the background of my journey this time. I am on my way to attend one of my friend’s wedding in Yogyakarta. I am so excited since i haven’t come to Yogya for a long time. I’m longing for yogyaaaa……

Continue reading “Travelling a la Woody Woodpecker”

Empati, Toleransi dan Ketidakpedulian

Empati, selama saya belajar ilmu psikologi selalu diartikan sebagai suatu kondisi dimana kita bisa merasakan perasaan orang lain dan bisa menempatkan diri kita pada posisi orang tersebut. Toleransi adalah bagaimana kita bisa saling menghormati hak dan kewajiban orang lain sehingga tidak saling membenturkan hak tiap-tiap individu sedangkan ketidakpedulian adalah bagaimana kita membiarkan saja seseorang melakukan sesuatu yang cenderung bisa merusak dirinya sendiri dan orang lain. Itu adalah sekelebat pemahaman saya mengenai makna 3 kata yang menjadi judul tulisan ini. Ini bukan tulisan ilmiah yang punya banyak referensi, ini hanya tulisan yang saya tulis berdasarkan keprihatinan saya saja, jika ada yang tidak sependapat dengan saya, yuk mari kita diskusi.. πŸ™‚

*loh? tulisannya tentang apa juga belum keliatan yak? hehehe

Baiklah..

Menurut saya, perbedaan empati dan toleransi yang berkonotasi positif dengan ketidakpedulian yang berkonotasi negatif dari hari ke hari semakin tipis dan pemeliharan empati dan toleransi bisa mendorong pesatnya pertumbuhan ketidakpedulian. Bayangkan anda sebagai saya yang berasal dari kampung, kuno dan kolot menghadapi dunia pergaulan di Jakarta, yang tidak usah saya jelaskan pasti banyak yang paham deh betapa unik, kompleks dan menggiurkannya proses “gaul” di Ibu Kota ini.

Satu hal yang paling penting dimanapun kita berada adalah bagaimana kita bisa menghargai hak asasi manusia, itu bagian dari toleransi, katakan saja, apa yang dilakukan seseorang dalam hidup adalah murni hak asasi dia yang harus kita hargai, kita harus menghormatinya. Contoh ekstrim adalah saya sebagai seorang muslim mempunyai sahabat yang juga muslim, ada juga yang katolik, budha, hindu, dan protestan. Melakukan ibadah adalah hak asasi manusia, jadi saya harus menghargai apapun agama seseorang, saya harus mentoleransi ritual keagamaan mereka, itu saya sangat paham, namun ketika dia jelas-jelas menyatakan dia beragama, namun dia tidak menghormati agama dan kepercayaannya sendiri (baca: nggak shalat, nggak kebaktian, dll) kita sekarang juga dituntut untuk mentoleransi hal itu dengan alasan itu adalah proses pemaknaan dan hasil dari proses kognitif masing-masing orang. Toleransi, itulah kata yang memungkinkan kita untuk tidak melakukan sesuatu agar teman kita tersebut kembali melakukan ibadahnya, namun hal ini bagi saya adalah ketidakpedulian yang terselubung, karena dengan mentoleransi keingkaran mereka berarti kita juga sebenarnya membiarkan ia jatuh kedalam lubang kelalaian yang mungkin awalnya hanya lalai ibadah, tapi jika dibiarkan hatinya membeku, maka mungkin akan berakhir dengan lalai-lalai lainnya. Saya percaya bahwa jika seseorang memilih kepercayaan tertentu, terpaksa karena orang lain, keturunan ataupun karena keinginan diri sendiri mereka tanpa sadar menandatangani kontrak mental yang mempengaruhi alam bawah sadar (yes, so fruedian! :p) yang jika mereka tidak memupuk dengan ibadah, ada perasaan kosong dalam benak mereka (bukti ilmiah? kan udah saya bilang kalo ini hanya cerocos saya aja).

Itu tadi contoh ketidakpedulian berkedok toleransi, bagaimana dengan empati? ada satu hal yang sering mengganggu saya karena saya juga sering menjadi pelakunya. Misal : Ketika seseorang sedang menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan yang dia harapkan, dia mengalami stres dan bisa menjadi depresi. Ketika orang depresi, manifestasinya bisa macam-macam. Bagi yang di diagnosa mengalami gangguan depresi mungkin akan mudah dibantu, tapi bagi yang hanya depresi ringan, banyak yang kemudian hanya mencari pelarian, mungkin tidak ekstrim ke alkohol atau obat-obatan, tapi bisa saja makan yang banyak atau bertingkah sesukanya. Sebagai seseorang yang mempunyai empati, kita bisa merasakan apa yang dia rasakan, kita bisa membayangkan apa yang kita rasakan jika kita berada di posisinya, sehingga kita menjadi permisif “ah, nggak papa, kasian dia masih shock”, “ah biarlah sementara dia masih terguncang” dan ah-ah yang lainnya. Mungkin awalnya pembiaran kita ini dianggap wajar dan membantu dia, tapi sebenarnya dengan kita membiarkan, orang tersebut malah menanamkan dalam pikiran dia bahwa apa yang dilakukannya itu benar dan bisa menjadikan kebiasaan dan pola pikir dia terhadap hal yang salah bisa berubah. *Loh? kan ntar kalo dia udah agak redaan bisa kita bantu kembali kejalan yang benar? bisa sih, tapi yakin nggak, ketika kita membantunya itu belum terlambat?

Dua contoh situasi diatas menurut saya bisa menggambarkan bagaimana itikad baik kita tak selamanya menghasilkan yang baik, bisa saja toleransi dan empati yang kita rasakan kepada seseorang sebenarnya adalah kemalasan kita untuk membantu, ketidakpedulian kita yang dipoles menjadi suatu perasaan yang dimafhumkan… in my opinion.. :’)

ciao!

-darkjasm-

Faith in Humanity restored..

Those words are taken from 9gag, one site that I visit regularly these days due to my very boring office routines.

i have a trouble with uchile *my car* these two months. Uchile was very sick, been through many engine operations and it had been finer this week.. until last night. When I was in my way going back home, suddenly Uchile experienced the dead engine and we were in the middle of a traffic jam. I’ve got panicked, switched the hazard lights on, open the door and trying to push Uchile a lil bit away from the jam, and of course i’ve failed, i am not strong enough to make it move further.

Panicked, indeed. I went out the car and shouting through the road noise, asking help to the men nearby (across the street), Thank God he understand what I mean and trying to cross the road as fast as he can, following by his friend. Luckily, the driver of the car behind me is a kind person that was not horned at me.

The two gentlemen helped me to push my car away from the road, but since this street has no pavement, i have to park my car near the railway. They open the car engine and it was very hot although the temperature sign was not indicating a temperature arisen at that time.

Long story short (i am so sorry, i can’t explain the engine detail since i understand only a little about it), they’ve done all they can to help me, adding the water to the engine, checking the battery and many other stuffs. We want to push the car but the street was full and all we can do at that time was waiting till the engine isn’t hot anymore.

I’ve called my father and my brother was going to get to me as soon as he can. I’ve called Mr. J who was in his way back from his office and promise me he would be there as soon as he can.

I sat at a “warung” nearby while I was waiting for them to come. My brother arrived first and checked the car, guessing that there was something wrong with the alternator or something like that so he asked Mr. J to come with a mechanic, and a battery jumper (is it right?). We waited until Mr. J came and solve the problem, although the mechanic said that we had to change the alternator. I was going home with my brother and Mr. J took Uchile to the garage.

It wasn’t my first experience with a sudden dead engine car. I’ve been through it before, quite often, but it was my first experience in the middle of a traffic jam. Been through these situation a lot made me often deal with my own frustration and realize that we never can live alone in this world. People now become more self-centered, said some people, but after experience such things, I believe that people is not too self-centered, may be people around us is just too afraid to do something for other because they afraid to be judge as someone who want to interfere others too much. I do believe in humanity and I do believe in kindness to other.. πŸ™‚

Posttraumatic Stress Disorder Pada Korban Tindakan Terorisme*

Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan yang memunculkan respon ekstrim pada stressor yang kuat, mencakup meningkatnya kecemasan, menghindari stimulus yang berhubungan dengan trauma dan meningkatnya ketegangan dalam diri seseorang (Kring, Johnson, Davison & Neale, 2011). Lebih lanjut dijelaskan oleh Kring, Johnson, Davison dan Neale (2011) diagnosa PTSD ini hanya diberikan kepada orang-orang yang mengalami atau menyaksikan kejadian yang berhubungan erat dengan kematian, luka-luka serius, atau kekerasaan seksual.

Terorisme menurut Poul Johnson (2008 dalam Hendropriyono, 2009) adalah pembunuhan dengan sengaja yang direncanakan secara sistematik, sehingga mengakibatkan cacat dan merenggut atau mengancam jiwa orang yang tidak bersalah, sehingga menimbulkan ketakutan umum, semata-mata demi mencapai tujuan politik. Penjelasan mengenai pengertian terorisme memberikan gambaran bahwa orang-orang yang menjadi korban dari sebuah tindakan terorisme dapat mengalami PTSD.

Continue reading “Posttraumatic Stress Disorder Pada Korban Tindakan Terorisme*”

a Thank You note

Satu bulan kemarin rasanya aku hidup di negeri impian, dimana aku bisa kembali memasuki dunia yang aku senangi, dunia dimana pikiran ini serasa berpesta dan raga ini serasa melayang bahagia.

Minggu lalu, semua kebahagiaan itu direnggut paksa, dan aku sedihnya tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa melihat ia pergi tanpa daya.

Kini aku kembali ke dunia yang aku merasa tak pernah cocok untuk ku, demi kebahagiaan orang tua, demi kebahagiaan orang-orang penting lainnya.

Aku menulis ini bukan untuk mengeluh atau mengumpat. Aku menulis ini untuk mengenang masa bahagia yang sangat singkat.

Setidaknya aku telah membuktikan aku mampu, namun keadaan yang tak memungkinkan.

Setidaknya aku lega karena telah mencoba dan nekad melakukan hal yang menurut orang lain gila.

Setidaknya aku tak merasa begitu tertekan karena telah memberikan kesempatan pikiranku untuk kembali makan dan bekerja sesuai kemampuannya.

Terima kasih untuk kalian yang singgah dalam kepingan waktu kehidupanku yang lain. Aku menyesali tak bisa mengenal kalian lebih jauh, mungkin nanti di suatu saat di masa datang kita bisa menjalin kisah lain dengan setting yang lain. Terima kasih kalian telah mengajarkan aku untuk menghargai waktuku yang singkat, terimakasih untuk menemani aku kembali belajar dan menyadarkan bahwa aku bisa melakukan lebih dari yang selama ini aku lakukan. Terimakasih untuk pelajaran yang banyak dalam waktu yang singkat ini, terimakasih… walaupun mungkin kalian tak akan begitu mengingatku kelak, atau malah mengingatku sebagai orang yang hilang di tengah perjuangan, mungkin suatu saat kalian akan mengerti betapa perjalanan singkat bersama kalian ini sangat berarti dan berdampak besar dalam hidupku.

Terimakasih rekan-rekan KLD 19.. Good Bye and See you around..

Thank You, HaloBCA

Saya harus mengakui bahwa saya adalah orang yang ceroboh, tidak sabaran dan sulit untuk memfokuskan perhatian pada satu hal saja (kecuali jika saya sedang membaca). Kecerobohan saya belakangan ini semakin parah karena saya menjelang depresi menghadapi kenyataan yang sangat tidak sesuai dengan keinginan saya, dan kecerobohan yang baru-baru ini saya lakukan sangat merugikan.

Hari kamis yang lalu, saya mendapat order tiket pesawat dan ketika saya ingin mengkonfirmasi pembayaran, saya baru menyadari kalau saya salah transfer pembayaran, dan salah transfer ini saya lakukan dengan fasilitas KlikBCA yang notabene ada fitur konfirmasi pembayarannya! how stupid i am (salah transfer ini sebenarnya kali yang kedua sih, yang pertama untungnya saya salah transfer ke rekening teman saya, kali ini saya transfer ke orang yang saya tidak kenal, mungkin salah satu orang dari online shop)…

Panik! tentu saja, tapi akhirnya saya memberanikan diri menelpon Halo BCA yang alhamdulillah ditanggapi dengan sangat ramah dan responsif oleh Mbak Moza. Setelah pembicaraan yang panjang, pengaduan saya sudah di buatkan BAPnya dan saya tinggal mengirimkan beberapa kopi dokumen via email ke Halo BCA, but being me, I forget to send those documents.

Hari ini, saya mendapat telpon dari nomer yang tidak saya kenal (untungnya saya lagi mood ngangkat) yang ternyata adalah dari pihak Halo BCA yang mengabarkan bahwa mereka sudah menghubungi orang yang menerima uang salah transfer saya dan uang saya sudah ditransfer kembali dengan jumlah yang sesuai dengan yang saya transfer kemarin. I’ve checked my account and It’s TRUE!

Thank You Halo BCA, Thank You BCA! I love You!!!!!

Beginilah seharusnya customer service, responsif dan memudahkan pelanggannya..

notes for my self or other who has same problem with me:

1. Hapus daftar Nomer Rekening yang tidak akan digunakan lagi

2. Don’t believe your self, cek lagi kebenaran rekening transaksi ketika mengkonfirmasi transaksi

3. Jangan malas mengadukan masalah anda! πŸ™‚

once again, Halo BCA, you’re my savior! :-*

disclaimer:

Saya menuliskan ini tanpa dibayar.

Saya menulis ini murni karena rasa terima kasih saya karena sudah dibantu oleh pihak BCA.

Should I say goodbye ?

Sometime, we will not get what we want, because some people said that God is not giving us what we want, but God gives us what we need.

What do I need, God?

Do I need to lose my chance once again? do I need to break my dream once again? Do I need to take another longer route?

They said that the hardest route is the closest way, but I just can’t stand it anymore.

I’ve broken inside, once again..

I hate good bye, but it keeps coming to greet me..

and yes, I have another good bye to say.

Good bye, my dream (for another while)..

Good bye my wonderful new friends..

I’m 24 now

Here come the 29th of September…
It’s my birthday!

This year birthday is quite different for me. I am a sucker for surprise, celebration and gifts. I usually have a kind of “anticipation” feeling upon my birthday. I could feel the happy feeling long before the birthday date, but this year, I’ve missed the all birthday musing feelings.. I didn’t feel very exciting like I used to feel. I even almost forget it if many people around me didn’t keep reminding me about my upcoming birthday..

I don’t know why, is it a part of growing up? That i’ve become a somebody that I don’t know?
Anyway…
My birthday is almost over, i didn’t get the birthday cake this year. And somehow I’m not upset because of it (birthday cake is one thing that I used to really want for my birthday, plus the presents also). But i still get the gifts and i love it!!!

Instead of getting the surprise like usual, i’ve spent the day hanging around with my father, boyfie, and sister. Eat much, shopping and watching movies at home. For one of my best friends is getting a minor surgery, i’m not so into celebration this year…

With or without the celebration and the sacred feeling about my birthday, i still feel very blessed..
I want to thank all of you,,
Thanks for being my family, thanks for being my boyfriend, thanks for being my great friends, thanks for being someone i ever meet!
Thank you, all of you, for making me feel blessed..
πŸ™‚

It’s nearly the end of my 29th September
..Happy birthday for me…

 

UPDATE!! #penting lol

I’ve got the Cake, in 30th September

From August to September

..wake me up, when September ends..

(Greenday)

Okay, fakta bahwa terakhir kali saya menulis di sini di Hari HUT RI yang jelas itu lebih dari satu bulan yang lalu serta kenyataan bahwa sudah ada 8 spam yang masuk ke Akismet, sejujurnya membuat saya merasa bersalah. Banyak hal yang seharusnya dan ingin saya ceritakan dalam rentang waktu antara entry terakhir itu dengan hari ini akhirnya tengggelam begitu saja dalam aksara yang tak terungkap secara tertulis. My bad.. yes, really bad.

Setelah hari terakhir masuk kantor yang hanya upacara itu, sorenya saya langsung menyongsong hari kebebasan (nggak sampe seminggu, hiks) dan berjumpa dengan malaikat kecil bernama Zhafirah Khalifa Laiqa (panggil dia Zazha) yang sangat pantas untuk dirindukan. Perkembangannya sangat pesat yang membuat saya malas balik ke Jakarta lagi, hehe.

Sebagai kaum urban yang sangat menjiwai kebudayan indigenous indonesia, maka saya juga sangat menjiwai setiap “budaya mudik” yang saya lakukan. Tiap tahun saya pasti mudik dan saya punya tema yang berbeda-beda, tidak direncanakan memang, tapi sepertinya sudah di gariskan. Tema mudik saya tahun ini sudah tentu adalah bermain bersama Zazha (literally bermain ya, males ngasuhnya jadi cuma pengen mainnya aja, haha).

Selain bermain bersama Zazha, saya juga menyempatkan untuk bersilaturahmi dengan teman-teman seperjuangan jaman SMA dulu, and surprisingly, ternyata mereka cukup ngangenin loh.. haha seru! saya memang selalu menikmati moment yang saya habiskan dengan sahabat-sahabat dari masa sekolah dulu, ketika persahabatan masih murni karena saling menyayangi, bukan penuh intrik seperti saat-saat kita makin dewasa. Miss you guys!

Setelah agak terlena dengan libur yang sangat singkat itu, kembali menjalani dunia nyata di jakarta yang kejam ini terasa sangat berat di awal, rasa malas sepertinya sudah mendarah daging, sampai bulan September tiba dan saya mulai memasuki dunia baru, kembali ke iklim akademis dan bertemu dengan teman-teman baru yang masing-masing saya kagumi, dan membuat saya beruntung bisa mengenal mereka. Walaupun masih dalam waktu yang singkat dan belum saling mengenal lebih jauh, tapi kesan pertama yang merupakan hal terpenting dalam memulai suatu hubungan sudah saya buat agar image mereka yang tertangkap oleh otak saya adalah image positif sehingga akan lebih mudah bagi saya membangun kenyamanan saat bersama mereka. Go KLD 19! πŸ˜€

living a double life is really hard but since this is my own choice then I have to get through it, it is my responsibility to prove to my self that I can do it, I definitely can do it! *mensugesti diri sendiri*

Dihinggapi gejala typhus untuk kedua kalinya membuat bulan September ini menjadi semakin berat untuk di jalani. Ah.. September memang selalu menjadi bulan yang mengesankan..

24 September yang lalu, saya tidak meneruskan tradisi menulis kerinduan untuk Mama, another apology to make for my self. Kesibukan dan kesulitan untuk mengimbangi lajunya dunia baru saya membuat saya terlupa untuk menuliskan kerinduan saya kepada Mama, tapi tanpa saya tuliskan pun sebenarnya rindu itu abadi, selalu ada dan masih hangat dalam dada dan pikiran saya. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk mama, karena mama adalah mama yang terbaik, for me.. πŸ™‚ Love and miss you always mom!

And now, September is going to end… for this once, I can say that I feel like i’ve been sleeping and awaken up when september is nearly finish.. πŸ™‚

..wake me up, on September 29th.. (darkjasm)